BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Tayangan salah satu televisi swasta nasional yang menggambarkan suasana kehidupan di pondok pesantren menuai sorotan.
Tayangan tersebut dinilai menampilkan potret negatif dan berpotensi menggiring opini publik yang keliru terhadap dunia pesantren.
Pimpinan Pondok Pesantren Nuurussalaam, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Solihin Susanto, S.Pd menyampaikan kekecewaannya atas pemberitaan tersebut.
Ia menilai tayangan yang menggunakan latar salah satu pondok besar di Indonesia, yakni Ponpes Lirboyo, disajikan dengan cara yang tidak etis.
“Saya sangat menyayangkan adanya tayangan yang menggambarkan suasana pesantren seolah-olah penuh kekangan dan eksploitasi. Itu sudut pandang yang awam dan menyesatkan,” tegas Mahasiswa Pascasarjana UID Ciamis tersebut.
Menurutnya, di pesantren para santri dididik bukan hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan adab dan derajat adab itu lebih tinggi daripada ilmu.
Baca Juga :DPRD Ciamis Tegaskan Kekosongan Wakil Bupati Bukan Soal Politik, Tapi Ketiadaan Dasar Hukum
Alumni Pesantren Sabilil Muttaqien Pangandaran itu menambahkan, pendidikan pesantren justru menjadi benteng moral bangsa di tengah kemerosotan karakter generasi muda.
“Negeri ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang beradab jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Pesantren hadir untuk menanamkan nilai-nilai itu. Mohon maaf, banyak kerusakan di negeri ini justru karena pejabat yang pintar tapi tidak beradab,” ujarnya.
Sebagai Ketua Ranting NU Desa Jalatrang, Solihin juga menantang publik untuk menilai secara objektif.
“Lebih pantaskah anak-anak bersikap petantang-petenteng di hadapan guru dan orang tuanya, atau justru bersikap tawadhu seperti para santri? Mari kita nilai dengan akal sehat dan hati yang jernih,” katanya.
Solihin yang juga mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyerukan agar para pimpinan pesantren di seluruh Indonesia bersatu menyikapi maraknya komentar negatif terhadap lembaga pesantren.
“Kebanyakan yang menuduh pesantren dengan narasi negatif adalah orang-orang yang tidak pernah jadi santri. Silakan berkomentar, tapi jadilah santri dulu yang benar,” ucapnya menegaskan.
Ia menutup dengan mengingatkan pesan Bung Karno, “Jas Merah” (Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah).
“Bangsa ini bisa merdeka karena perjuangan para kiai dan santri. Sudah sepatutnya pesantren dihormati, bukan dijadikan bahan framing negatif di media,” tutupnya.
(Pepi Irawan/PasundanNews.com)




















































