BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Sakola Motekar atau Lembur Kaulinan Cibunar Ciamis fasilitasi sejumlah mahasiswa menggelar Focus Group Discussion (FGD), Kamis (19/6/2025).
Kegiatan FGD yang dihadiri 60 peserta dari lintas organisasi kemahasiswaan ini mengusung tema ‘Indonesia Gelap: Kritik, Harapan dan Jalan Terang dari Gerakan Mahasiswa”.
“Momen ini menjadi ajang reflektif sekaligus forum konsolidasi pemikiran antara PMII, HMI, GMNI, IMM), hingga perwakilan BEM Nusantara,” kata Ketua PMII Ciamis, Muhammad Rifa’i Hilmy.
Hilmy menuturkan, latar belakang FGD ini bermula dari keresahan dan menjadi otokritik kondisi internal mahasiswa yang semakin menjauh dari diskusi dan budaya baca, hingga pentingnya revitalisasi kaderisasi dan kerja intelektual.
Sementara itu, Ketua HMI Ciamis, Adytya Maulana, mengingatkan bahwa mahasiswa yang diam justru sedang mengkhianati sejarah pergerakan.
Hal serupa disampaikan Ketua GMNI Ciamis, Bayu yang menegaskan perlunya kejujuran arah dalam gerakan mahasiswa.
Sedangkan Ketua IMM Ciamis, Fikri, menyerukan pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dan dialektika dalam gerakan mahasiswa.
Tuan rumah Sakola Motekar, Deni Weje mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya masa depan bangsa tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada kekuasaan.
“Masyarakat sipil harus menjadi pelita bagi dirinya sendiri. Upaya membangun nalar kritis mahasiswa di era krisis ini harus terus dilakukan,” ujarnya.
Di sisi lain ada sejumlah narasumber, seperti Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, Yayat Hidayat, yang menyampaikan bahwa urgensi forum ini sebagai langkah awal mencegah pembusukan sosial melalui peran aktif mahasiswa.
“Mahasiswa harus memposisikan diri sebagai penjaga api kewarasan publik. Diskusi ini bentuk pencegahan dini terhadap persoalan-persoalan bangsa,” tegasnya.
Sorotan Tajam dari Para Tokoh Mahasiswa dan Akademisi
Diskusi yang berlangsung selama hampir tiga jam ini dipandu moderator Husni Mubarok dan menyuguhkan berbagai pandangan tajam dari kalangan aktivis dan akademisi.
Narasumber selanjutnya, seorang akademisi dan Founder Komunitas Pijar Fahmy Farid Purnama, yang menyatakan bahwa revolusi harus dimulai dari hal paling mendasar yaitu ide, tulisan, dan obrolan intelektual.
Hasil dari FGD ini menyepakati sejumlah rekomendasi penting, diantaranya yaitu pertama, Ngariung adalah kekuatan; Ruang temu lintas organisasi perlu terus dihidupkan sebagai ladang pemikiran kritis.
Kedua, literasi sebagai senjata utama: Gerakan mahasiswa harus mengarusutamakan budaya baca, diskusi, dan menulis.
Ketiga, reformulasi kaderisasi: Sistem kaderisasi tiap organisasi perlu dimutakhirkan agar melahirkan kader yang transformatif.
Keempat, mulai dari yang kecil: Revolusi pemikiran bisa dimulai dari langkah kecil, tapi harus konsisten dan berani.
Kelima, kolaborasi lintas organisasi: Persatuan gerakan mahasiswa menjadi kekuatan strategis dalam menghadirkan dampak nyata.
Diskusi ini bukan sekadar forum intelektual, melainkan wujud nyata bahwa semangat perlawanan mahasiswa terhadap ketidakadilan dan kebuntuan bangsa masih menyala.
Dengan semangat kolaboratif dan kritik yang tajam, gerakan mahasiswa kembali mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari kekuatan moral dan sosial yang tidak bisa diabaikan.
(Hendri/PasundanNews.com)