Peneliti Senior 123 Institute, Giofedi Rauf. Foto/Dok.Pasundannews.com

JAKARTA, PASUNDANNEWS.COM – Isu reshuffle menteri kabinet Indonesia Maju akhir-akhir ini mencuat diberbagai media, setelah Presiden Indonesia Joko Widodo marah dan jengkel saat memberikan arahan dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara.

Kritikan-kritikan kepada menteri dalam kabinet Indonesia Maju pun bermunculan, karena dianggap penempatan menteri baru saat ini tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebijakan kerja yang dikeluarkan saat ini.

Peneliti Senior 123 Institute, Giofedi Rauf menilai, ada beberapa menteri yang penempatannya tidak sesuai dengan kriteria dan tupoksinya. Seperti halnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem.

“Nadiem Makariem atau Mendikbud saat ini, memang sukses di Gojek. Tapi, tidak sukses di pendidikan,” katanya, Sabtu (4/7/2020).

Giofedi mengatakan, Nadiem Makariem dalam sambutan pidatonya sering kali menggunakan bahasa Inggris bukan bahasa Indonesia. Bahkan, eks CEO Gojek ini ini juga sering berada di Singapura bukan di Jakarta.

“Setelah dilantik jadi Mendikbud, sampai sekarang kinerjanya belum bisa merubah pendidikan di Indonesia. Bahkan, dalam kondisi pandemi saat ini, Nadiem terlihat tidak maksimal mengurus pendidikan secara serius,” katanya.

Giofedi menilai, saat ini Mendikbud Nadiem Makarim berada di ujung tanduk, posisinya sangat mengkhawatirkan. Hal itu terlihat pada kinerja Nadiem sejak diangkat menjadi Mendikbud sampai saat ini belum ada terlihat perubahan yang signifikan.

“Apakah Nadiem akan lanjut sebagai menteri sampai akhir periode pemerintahan Jokowi, atau di-reshuffle di tengah jalan, tergantung beberapa faktor termasuk besar kecilnya tekanan dari berbagai pihak yang mempunyai pengaruh dengan dasar progresifitasnya dalam bekerja” tukasnya. (Johan/Pasundannews.com)