PASUNDAN NEWS – Youthtime.id gelar diskusi dengan tema “Anak Muda dan Tiba Tiba Pemilu”, di Cafe Kabar Kampus (kaka) Sabtu 10 Juni 2023 Sore
Hadir sebagai pembicara, di antaranya, Kang Tri Wahyudi selaku Ketua KIPP Kota Bandung, Ahmadi Punsu Selaku Ceo Youthtime, Andre Ariesmansyah Selaku Dosen Muda Fisip Unpas, Serta Biki Fadru dari Front Alumni Muda Unpas.
Ketua Komite Independen Pematau Pemilu (KIPP) Kota Bandung Tri Wahyudi mengatakan, sejarah pemilihan umum secara langsung sudah dari tahun 2004, pemilihan yang dikembalikan kepada rakyat sebagai pemilih dan penentu.
“Semua itu tertuang dalam undang undang dan konstitusi tahun 1945 pasal 22e bahwa Pemilu untuk menentukan Presiden, Wakil Presiden, DPR, DPRD dilaksanakan setiap 5 tahun sekali,” ucapnya.
Lebih lanjut Tri menyebut, Pemilu 2024 akan di dominasi pemilih muda, hal ini berkar bonus demografi hingga tahun 2045. Untuk itu ia mengajak agar generasi peka dengan Politik.
“Dari beberapa hasil survei dan hasil laporan KPU, pemilih muda di indonesia (gen melenial dan gen z) menempati persantasi 60% sebagai pemilih di tahun 2024. Artinya, anak muda memiliki peran aktif dan menyuarakan aspirasi,” ucapnya.
Sementara itu, Ahmadi Punsu dari Youthtime mengatakan, peran anak muda dalam Pemilu terlihat dari gerakan 1928 yang di tandai dengan hari sumpah pemuda.
Selain itu, Punsu menyebutkan, pada tahun 1945 di mulai gerakan kemerdekaan, 1966 hingga pada tahun 1998 rezim otoriter berhasil diturunkan oleh anak-anak muda yang gelisah.
“Sudah saatnya dimulai hari ini, para generasi menyuarakan apa yang menjadi kegelisahan dan kepentingannya. Bahwa faktanya sejarah mengatakan perubahan perubahan itu di lakukan oleh para generasi muda. Generasi muda ini jangan terlena dan tidak peduli terhadap nasib dirinya, bangsa dan negara kedepannya,” ucapnya.
Disisi lain, Andre Ariesmansyah pun mengatakan dalam pemaparannya terkait sistem demokrasi dan pendidikan. Menurutnya sistem demokrasi saat ini harus diimbangi dengan kesadaran dan pemahaman masyarakatnya.
“Jangan sampai masyarakat hanya menjadi budak dan eksploitasi suara untuk kepentingan pemilu. Kesetaraan, keadilan dan kesadaran kolaborasi penthahelix harus tertanam di masyarakat. Sehingga kedepan masyarakat atau anak muda dapat menjadi penentu masa depan Indonesia,” jelasnya.
“Sistem pendidikan harus pula menjadi fokus dalam hal perbaikan kurikulum,” sambungnya.
Menyambung pernyataan Andre, Biki Fardu selaku Front Alumni Unpas Muda berpendapat, sudah saatnya anak muda tampil entah sebagai peserta pemilu atau memberikan edukasi politik atau sebagai aktor politik.
“Jangan hanya suara anak muda ini dijadikan sebagai angin lalu, tanpa adanya perjuangan untuk menyuarakan apa yang menjadi kepentingan anak muda, bangsa dan negara,” ucapnya.
“Diskusi seperti ini penting guna bangun kesadaran dan memberikan pendidikan dan pemahaman politik harus terus dilakukan agar memberikan kesadaran bagi generasi muda khususnya untuk terus memperjuangkan dan menyuarakan permasalahan yang ada,” ujarnya.
Diketahui, diskusi tersebht berlangsung sangat menarik, karena para peserta diskusi pun mempunyai pendapat yang sama dengan para narasumber.***