Poto: Ustad ABi Makki sedang mendengarkan bisikan dari istrinya/@abimakki

Pasundannews.com – Hidup manusia di dunia tak lebih hanya sebatas menunggu. Ustad Abi Makki mengatakan, saat ini kita hanya bisa menunggu.

Ustad Abi Makki menjelaskan bahwa hidup ini hanyalah menunggu dan menunggu. Ia menjelaskan, hari ini menunggu magrib, Habis Magrib menunggu isya, habis isya menunggu subuh dan seterusnya.

“Kita terus menunggu dan akhirnya kita menunggu tamu akhir kita yakni malaikat maut,” Jelasnya ustad Abi Makki.

Menurut Ustad Abi Makki tidak ada waktu yang paling indah untuk kita tunggu kecuali waktu shalat.

“Jadi tidak pantas seorang muslim, kalau hidup tidak menunggu waktu shalat,” Jelasnya kepada jamaah.

Faktanya, ia menambahkan, terkadang seorang muslim lebih mendahulukan nafsu. Ia mencontohkan ketika muslim di hadapkan dengan bulan ramadhan. Ketika mau berbuka puasa apak ia mendahulukan makan atau shalatnya.

“Allah bentrokan antara perut dengan ibadahnya seorang muslim. Makanan harus di dahulu, akan tetapi tidak usah banyak-banyak, cukup kurma dan air putih, setelah itu langsung shalat. Selesai shalat baru lakukan apa yang cukup untuk perut,” jelasnya.

Atas dasar itu ia mengajak kepada jamaah jangan sampai melalaikan waktu magrib karena mendahulukan hawa nafsu.

“Nauzubillah, jangan sampai hal itu terjadi,” ucapnya.

Walaupun di bulan Ramadhan masih saja ada yang melakukan kesalahan. “mungkin apa mungkin, Mungkin,” teriaknya sambil di saut jamaah.

“Benarkah bulan Ramadan itu setan di ikat,” sautnya kepada jamaah.

Faktanya, ia melanjutkan di bulan Ramadan masih saja ada yang melakukan maksiat. Karena maksiat bukan hanya di pengaruhi setan atau iblis akan tetapi hawa nafsunya.

“Hakekatnya, faktanya tanpa ada iblis pun, tanpa ada setan pun, manusia bisa berbuat salah, dengan adanya hawa nafsu,” jelasnya.

Maka menurutnya, karena manusia ada hawa nafsu wajiblah kita taubat, minta ampun kepada Allah untuk menyempurnakan ibadah kita.

“Puasa susah apa tidak,” tanyanya kepada Jamaah.

Kemudian ia mengatakan bahwa di dalam Al-qur’an di jelaskan untuk kata saum bahwa Allah katakan “Kutibah”, tidak kata thuribah.

“Menurut ulama ahli tafsir, saking sulitnya seseorang menyempurnakan ibadah puasa, Maka digunakan kata kutibah,” ucapnya.

Maksud kata ‘Kutibah’, menggambarkan bahwa sulitnya seseorang menyempurnakan ibadah puasa maka ia menjadi wajib bagi seorang muslim.

Artikulli paraprakUstad Zaki Mirza: Sedekah Tak Hanya Uang
Artikulli tjetërGernas BBI Jabar Optimis Dongkrak Pelaku UMKM