OPINI, PASUNDANNEWS.COM – Banyak Milenial merasa skeptis terhadap pemerintah dan partai politik, yang dapat mengurangi partisipasi politik.
Bahkan, di sisi lain mereka juga cenderung asyik atau menikmati dunianya sendiri, sehingga tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya.
Sebagai generasi penerus bangsa, setidaknya millenial dibutuhkan untuk proses mewujudkan kemakmuran bangsa, mereka diharapkan bisa memiliki ide-ide kreatif untuk bisa mengubah bangsa ini menjadi lebih baik.
Sebagaimana dicita-citakan organisasi pergerakan nasional pertama, Budi Oetomo, yang diprakarsai para pemuda pelajar STOVIA pada tahun 1908, bahwa peran pemuda adalah untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam bidang budaya dan pendidikan.
Selain dari faktor internal millenial itu sendiri, yang meliputi motivasi, orientasi dan kesadaran untuk berperan aktif, faktor eksternal pun tak luput menjadi hambatan.
Seperti kurangnya kepercayaan publik dan ruang ekspresi yang bebas bagi millenial.
Peluang Mengembangkan Dunia Wirausaha
Sama halnya dalam dunia kewirausahaan yang sering dihadapkan keterbatasan akses ke pendanaan yang kerap menjadi kendala, terutama bagi wirausahawan muda.
Keberadaan pengusaha milenial memang bisa membawa konsekuensi positif bagi negara Indonesia.
Setidaknya ada peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi negara, dan juga bertambahnya jumlah pengusaha dapat mendorong pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, kewirausahaan ini harus lebih dikembangkan dari sudut pandang masyarakat luas, terlebih bagi generasi muda.
Jika dilihat dari karakternya, millenial secara alami berbeda, inovatif, kreatif, dan modern.
Milenial memiliki akses yang mudah terhadap informasi dan teknologi, dan tentunya memiliki keunggulan tersendiri, seperti kemampuan untuk memperluas pengetahuan, menghasilkan ide baru, mengubah ide menjadi solusi sosial, meningkatkan keterampilan dan menciptakan peluang, termasuk penciptaan lapangan kerja.
Namun, menciptakan generasi wirausaha tidaklah mudah. Ini secara alami tercermin dalam modal, teknologi, kreativitas, pasar, model mental, keterampilan organisasi, pemikiran kritis dan sistematis, dan perilaku kewirausahaan yang kuat untuk melakukan bisnis dengan baik.
Dengan potensi yang ada, kreativitas generasi millenial dalam berbisnis dapat menciptakan produk atau jasa baru, mengembangkan lebih lanjut jasa atau produk yang sudah ada.
Memilih dan mengembangkan nama industri, pemasaran terutama dilakukan secara online, misalnya melalui media sosial dan belanja online, desain perusahaan harus.
Bisa juga menggabungkan jalan yang membuatnya lebih menarik dan mendiversifikasi produk. Contoh bisnis yang bisa dijalankan oleh kaum milenial adalah hotel, sembako, fashion, produk kosmetik dan kecantikan, produk kesehatan, dan kedai kopi.
Mereka biasanya tertarik berwirausaha karena tertarik dan senang, siap menanggung resiko bisnis, mandiri dan ingin tahu, menambah penghasilan, meningkatkan keterampilan dan bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Melalui visi dan jiwa kreatif, millenial bisa menjawab persoalan akses modal untuk pengembangan bisnisnya.
Tantangan Generasi Millenial
Menjadi tantangan tersendiri, karena generasi millenial memiliki pendekatan yang berbeda dalam memandang dunia dibandingkan generasi sebelumnya.
Sebagaimana disampaikan salah satu narasumber M. Firaldi Akbar Z, S.MN, dalam kegiatan Advance Training atau Latihan Kader (LK) III HMI Badan Koordinasi Jawa Barat.
Anggota DPRD Kota Bandung itu, menyatakan millenial lebih cenderung melihat seperti dunia yang begitu asyik akan tetapi gagap dalam bertindak.
Terlebih juga, lanjut pengusaha Jabar yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum 2020 Kadin Kota Bandung ini, dalam hal perjuangan melalui jalan aktivisme bagi generasi millenial saat ini memang tak mudah.
Berbagai tantangan yang dihadapi muncul karena sering kali gagalnya planning yang ditentukan. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
1. Fisiologis
2. Keamanan
3. Penghargaan
4. Aktualisasi
Beberapa poin di atas dirasa menjadi pondasi awal bagi generasi millenial dalam menentukan arah karier.
Setidaknya, keempat aspek di atas bisa lebih memperkuat kualitas visi yang dibangun oleh seorang pemuda, guna menentukan hasil dari proses yang telah dijalaninya.
Penulis : Atep Nurahman Walidi (Peserta LK III HMI Badko Jawa Barat)