ANTROPOLOGI BABI NGEPET
Agus Ahmad Safei (Antropologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

PASUNDANNEWS – Beberapa waktu kebelakang, kita di ramaikan oleh isu babi ngepet yang terjadi di wilayah Depok. Sebuah isu klenik yang masih mendapat tempat yang layak di alam pikir sebagian orang Indonesia.

Kendati tiap hari di bombardir dengan hal-hal yang bersifat modern, termasuk mendapat pelajaran logika di bangku kuliah. Tetapi hasrat, gairah dan rasa lapar sebagian orang Indonesia akan hal-hal yang berbau klenik tidak pernah berkurang suatu apapun. Itulah mengapa, isu babi ngepet kemudian viral di mana-mana, di bicarakan secara berjamaah dengan tingkat antusisme yang mengagumkan.

Tak hanya itu, rupanya, manusia modern Indonesia tidak hanya senang mengkonsumsi hal-hal klenis. Tetapi mereka juga rajin memproduksinya, untuk kemudian mempercayainya.

Misalnya, dalam dunia per-HP-an (Smartphone) ada klenik baru yang di sebut nomor cantik. Sederet angka yang di beri label nomor cantik dengan harga tak masuk akal. Orang kemudian mempercayainya, memburunya dan membelinya, dengan jumlah rupiah yang tak wajar. Itulah contoh klenik modern yang kita seringkali tidak menyadarinya.

Tentu saja, contoh klenik yang paling masif, terstruktur dan sistemik adalah iklan-iklan di televisi, dan di layar gadget masing-masing kita. Di mana setiap saat menayangkan barang ini dan itu. Dan takhayul tentang barang-barang yang di iklankan ini di percaya sebagai lambang gengsi, harga diri, dan simbol kesuksesan.

Padahal, itu semua tak lebih dari ular-ular kecil yang di lemparkan para penyihir Firaun modern yang berwujud para pemilik modal. Dan, kita semua melahapnya dengan sukacita, tanpa menyadarinya.

Itulah ketertipuan kita semua yang mengaku sebagai manusia modern. Persis seperti tertipunya Ratu Bilqis dahulu yang datang ke istana Sulaiman sambil mengangkat roknya karena lantai yang hendak di injaknya terlihat seperti air. Padahal itulah fatamorgana. Serupa dengan kita yang terpukau dengan gemerlapnya barang di etalase toko, padahal itu semua adalah fatamorgana.

Antropologis Masyarakat Indonesia

Secara antropologis, salah satu ciri penting dari sebagian masyarakat Indonesia adalah cara berpikir yang berat dengan muatan klenik ini. Hal-hal yang sesungguhnya biasa-biasa saja, sangat profan, tetapi kerap di sangkutpautkan dengan dunia klenik. Daun jatuh, pilar bangunan roboh, misalnya. Hal itu sering di kaitkan dengan kejatuhan kepemimpinan seseorang.

Kemudian isu babi ngepet adalah contoh paling telanjang dari cara berpikir semacam ini yang diam-diam masih hidup di alam pikir sebagian manusia Indonesia. Jangan heran, jika kemudian penyair Danarto dulu pernah menjuluki Indonesia sebagai negeri mistik terbesar di dunia.

Penulis : Agus Ahmad Safei (Antropologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

Artikulli paraprakGenap Usia 18 Tahun, Forum RW Kota Bandung Siap Kolaborasi
Artikulli tjetërAriana Grande Resmi Menikah dengan Dalton Gomez