Ari Muhammad Syafari, Kader HMI Cabang kabupaten Bandung. (foto: Istimewa)

Oleh: Ari Muhammad Syafari (Kader HMI Cabang Kabupaten Bandung)

PASUNDANNEWS.COM – Pada zaman milenium ini penulis merasa senang serta khawatir akan fungsi masjid pada saat ini. Melihat perkembangan yang menarik dikalangan umat Islam sendiri yang senantiasa menghidupkan Masjid melalui kegiatan-kegiatan yang berbau sosial dan keagamaan. Fenomena tersebut sangatlah menggembirakan bagi penulis, sungguh fungsi dari sebuah masjid dikembalikan layaknya seperti zaman Rasulullah SAW. Bahkan fungsi masjid yang sebagai titik dakwah dan melakukan berbagai hal kegiatan didalamnya, justru sekarang sudah menyebar diseluruh dunia dengan istilah yang berbeda-beda. Misalnya dikalangan kaum muslim barat (di mulai dari Washington D.C,. yaitu kota yang pertama kali dibangun masjid) ide tersebut diwujudkan dengan “Islamic Center”. Hal tersebut, menjadi sebuah gagasan yang menarik karena tempat tersebut akan memulai perabadan Islam di negara mayoritas non-muslim.

Akan tetapi ketika kita melihat di negara mayoritas Islam khususnya umat Islam sendiri, tidak sedikit fungsi masjid tersebut hanya sebatas kegiatan peribadahan belaka, semisalnya melakukan ibadah sholat saja serta tidak sedikit masjid yang dikunci seusai melaksanakan sholat. Inilah yang menjadi sebuah permasalahan bagi umat Islam. Bukankah dahulu masjid digunakan sebagai pusat peradaban Islam?

Jika kita melihat lebih luas masjid sebagai pusat peradaban Islam bahkan gudangnya seluruh Ilmu baik agama maupun umum. Maka sebuah masjid tidak cukup hanya sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan ibadah sholat saja, melainkan diarahkan pada fungsi yang lebih luas lagi, sehingga masjid tidaklah menjadi tempat yang sangat angker dan sepi.

Ketika kita melihat perjalanan historis Rasulullah SAW., dahulu masjid digunakan sebagai pusat dari seluruh kegiatan beliau dari mulai pengajaran, latihan, berdakwah, militer, diplomasi, tempat musyawarah dst., kita pasti mengetahi saat Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah yang paling utama dibangun ialah Masjid serta hal tersebut merupakan tonggak sejarah bagi umat manusia khususnya umat islam. Disinilah sebenarnya masjid bisa dikatakan titik awal peradaban berlangsung.

Tepatnya tadi tanggal 15 Maret 2019 di negara Selandia Baru (New Zealand) ada sebuah kejadian yang memukul hati umat Islam. Seorang yang berkulit putih menembak habis umat muslim yang sedang melakukan ibadah di sebuah masjid di kota Chistchurch. Kejadian tak berkeprimanusiaan sungguh mengcengangkan. Karena kejadian tersebut pelakunya sengaja merekamnya. Kita sebagai umat Islam harus senantiasa menjaga masjid dari segala ancaman serta penulis sangat mengutuk keras kejadian tersebut.

Masjid menjadi sebuah identitas umat muslim, karena masjid tempat ibadah yang paling mulia, perjalanan umat islam pun bisa di lihat dari masjid. Maka dengan tulisan ini penulis mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mengembalikan fungsi masjid itu. Karena pada hakikatnya masjid menjadi sebuah identitas yang melekat umat islam.

Jadi dapat dikatakan bahwa sejak hijrah, Nabi SAW, berjuang untuk menciptakan masyarakat beradab dan modal utama beliau adalah sebuah masjid. Karena itu, telah disinggung dimuka fungsi masjid itu tidaklah sebagai tempat peribadatan belaka, akan tetapi masjid digunakan sebagai  pusat dari sebagala kegiatan. Singkatnya, masjid itu merupakan sebuah pranata terpenting bagi masyakat Islam dan peradaban Islam.

Peradaban yang baik, lahir pada tempat yang baik. Masjid merupakan tempat yang baik untuk segala kegiatan, upaya menciptakan perdaban yang baik”

*Refleksi Tulisan Nurcholish Madjid dalam Buku Kaki Langit Peradaban Islam.

Artikulli paraprakSelama 2019 Polres Cianjur Tangani 794 Kasus
Artikulli tjetërSikap Insan Merdeka