Mohamad Ijudin menjadi Keynote Speaker pada kegiatan Sekolah Tani Permakultur yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Galuh Kabupaten Ciamis di Hayawang Kecamatan Kawaki, Sabtu (11/5/2024). Foto/PasundanNews.com

BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Sekolah Tani Permakultur yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Galuh Kabupaten Ciamis berlangsung pada Sabtu (11/5/2024).

Kegiatan tersebut bertajuk tema ‘Penerapan Permakultur dalam Penguatan Kawasan Pedesaan di Desa Winduraja Kecamatan Kawali’.

Acara yang dilaksanakan di Dusun Hayawang, Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis ini digelar selama Sabtu-Minggu tanggal 11-12 Mei 2024.

“Hadir puluhan mahasiswa pertanian, diharapkan bisa membekali pentingnya permakultur untuk kesejahteraan masyarakat desa,” ujar Ketua Senat Mahasiswa Faperta Unigal Ciamis, Mohamad Algi Albiagi, Sabtu (11/5/2024).

Pada kegiatan tersebut, panitia turut mengundang Ketua DPD AMPI Ciamis Mohamad Ijudin sebagai Keynote Speak.

Mohamad Ijudin menyampaikan bahwa desa menjadi kunci kesejahteraan masyarakat melalui indikator SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

“Kegiatan ini menjadi sumbangsih pemikiran atas gagasan bagi adik-adik mahasiswa pertanian untuk nanti terjun di masyarakat,” kata Anggota DPRD Ciamis terpilih itu.

Ijudi yang juga merupakan salah satu dosen di Unigal  tersebut menuturkan konsep pertanian permakultur menjadi salah satu bagian penting dalam penjabaran SDGs.

“Mengingat awalnya indikator SDGs terdapat 17 poin, kini meliputi desa bertambah jadi 18 poin. Tetapi intinya bisa disederhanakan menjadi 3 sektor, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut Ijudin mengungkapkan bahwa saat ini, salah satu sektor paling penting ialah bidang ekonomi.

Jika penerapannya di pedesaan dengan konsep SDGs, begitu sederhana. Namun memerlukan penyadaran luar biasa dari masyarakat.

“Terutama yang kaitannya dengan permakultur, di desa jangan sampai ada tanah atau lahan sejengkal saja yang mubazir. Semuanya bisa dimanfaatkan,” katanya.

Tantangan Ekonomi di Pedesaan

Semangat SDGs ini, menurutnya, harus berbasis ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Hal ini untuk menopang sejumlah tantangan ekonomi pedesaan. Pertama, tantangan tersebut yaitu perilaku konsumtif.

“Yang jadi salah satu trouble di negara kita, lahan begitu luas. Namun masyarakat terbiasa masih membeli kebutuhan dapur, seperti bahan pokok yaitu, sayuran, cabai, singkong, dan lainnya. Padahal, kita bisa menekan pengeluaran dengan menanamnya sendiri di halaman atau pekarangan rumah,” paparnya.

Kedua, tantangan selanjutnya yaitu mindset atau pola pikir. Ijudin menuturkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan geografis yang sangat strategis dengan konsep negara ‘welfare state’ atau negara kesejahteraan.

Menurutnya, pola pikir dan mental masyarakat Indonesia secara umum belum terbangun kebanggaan untuk menjadi petani.

Masyarakat Indonesia cenderung lebih bangga menjadi PNS atau bekerja pada perusahaan di kota-kota besar.

“Padahal, letak kesejahteraan negara kita ada di bidang pertanian, peternakan dan hasil bumi lainnya,” terang pria jebolan University Saint Anthony Philipina ini.

Mewujudkan Kesejahteraan Mulai dari Desa

Untuk mewujudkan kesejahteraan sejak dari Desa, kata Ijudin, terdapat beberapa sektor yang perlu dimaksimalkan.

Pertama, sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Seperti perlunya memaksimalkan lahan dengan konsep permakultur.

“Kedua, sektor UMKM. Kehidupan masyarakat kita cenderung bersumber dari hasil tani, hasil alam diolah, jadi hasil produktif pangan, kerajinan dan yang lainnya,” sebut Ijudin.

Ketiga, sektor perdagangan. Dari hasil produksi bagaimana caranya bisa menghasilkan rupiah guna memenuhi kebutuhan ekonomi.

“Keempat, kewirausahaan digital. Mengingat trend ekonomi global akan berkonsentrasi di sana kedepannya,” ucapnya.

Ia menegaskan, bahwa yang dimaksud ‘welfare state’ atau negara kesejahteraan yaitu dimaknai dengan pemerintah memegang peranan penting dalam menjamin kesejahteraan bagi setiap warga negaranya.

“Negara itu seharusnya konsentrasi penuh di situ. Menjadi sebuah ironi jika terus menerus impor. Apalagi hasil bumi. Contoh seperti tusuk gigi. Kayu begitu melimpah di kita, namun tidak memenuhi kebutuhan hanya sekedar untuk produksi tusuk gigi saja, malah impor dari negara lain,” paparnya.

Ia berharap dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa bisa semakin kreatif dan inovatif untuk terus mengembangkan konsep permakultur guna pengembangan ekonomi desa.

“Potensi pangan Indonesia luar biasa, pertanian akan tetap menjadi trend di masa mendatang. Kegiatan ini bisa memberikan sumbangsih bagi pengembangan ekonomi desa,” pungkasnya.

Diketahui, kegiatan Sekolah Tani yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Galuh tersebut juga turut dihadiri oleh Kadis Pertanian, Slamet Budi Wibowo, S.P., M.Si.

Kemudian, Rektor Unigal Ciamis Prof. Dr. Dadi, M.Si, Dekan Faperta Unigal Ciamis Dr. Muhamad Nurdin Yusuf, S.E., M.P,. Wakil Dekan III Faperta Unigal Ciamis Rian Kurnia, S.P., M.P,.

Serta Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Ciamis, Dr. Ridwan Rahman Saleh, Ketua MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Ciamis Ii Baehaki dan tokoh masyarakat setempat lainnya.

(Herdi/PasundanNews.com)

Artikulli paraprakPelaku Mutilasi Istri di Ciamis Jalani Pemeriksaan di RSJ Cisarua Bandung
Artikulli tjetërKPU Kota Banjar Lakukan Seleksi Wawancara Calon Anggota PPK untuk Pilkada 2024