PASUNDANNEWS.COM – Libur Lebaran pada tahun ini cukup panjang, baik untuk di isi dan berkumpul bersama keluarga tercinta.
Kehangatan dan kerinduan terobati bagi seluruh umat muslim ketika gema takbir berkumandang. Saatnya untuk saling memaafkan dan mendekatkan.

Kesalahan dan kealfaan timbul karena manusia tak luput darinya, dengan saling memaafkan maka nilai kemanusiaan melekat kembali.

Sejenak rehat dari rutinitas aktifitas keseharian untuk menyediakan waktu berkumpul bersama orang orang yang dicintai, dalam ikatan kekeluargaan dan atau persahabatan. Semua dengan niat yang sama, yakni kembali ke fitri.

30 hari genap kita berpuasa, mengingatkan kita akan kerawanan sosial yang mungkin di sebagian sudut tempat mereka merasakannya selama ini.

Sosialisasi kesholehan sosial selama ramadhan mesti d genapkan sehingga keistiqomahan tercapai,

Kerawanan sosial seperti prostitusi dan penyakit masyarakat lainnya yang disinyalir diakibatkan oleh faktor yang dimunculkan dari lemahnya ekonomi secara horizontal, dan faktor vertikal adalah belum tegaknya keimananan.

Dalam ramadhan, faktor ekonomi adalah momentum untuk berbagi dan puncaknya dengan membayar zakat fitrah. Sedangkan dimensi vertikal, dengan berpuasa mendekatkan diri dengan ketaqwaan agar masuk kedalam golongan beriman. Sehingga dua dimensi ini mesti disatukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh swt.

Amanah materi, hendaknya mesti dimanfaatkan sedemikian rupa dalam rangka lebih mengenal yang memeberinya., Tidak sedikit katanya, dengan amanah materi tersebut orang seringkali lupa bahwa ada yang memberi dan akan meminta pertanggungjawabanya.

Sang pemberi amanah ini akan minta pertanggungjawaban setidaknya darimana amanah tersebut di terima secara syareat, bagaimana proses mendapatkannya dan untuk apa digunakannya.

Ramadhan mengajarkan kepada kita bahwa menahan perkara yang menjauhkan diri kepada Alloh adalah ketaqwaan dan menjauhkan diri dari materi yang diharamkan itu disebut kejujuran.

Edukasi ramadhan tentang kejujuran dan ketaqwaan harus seringkali di syiarkan, sebab umur manusia tidak sebantar seperti ramadhan dan tak selama seperti keinginan. Keistiqomahan adalah jalan keselamatan bagi orang orang yang merindukan kemenangan diakhir perjalanan.

Bayangkan, banyak orang yang dididik oleh ramadhan untuk tidak berbuat maksiat setidaknya secara terang terangan dan memikirkan untuk memberi meskipun dalam kondisi serba kekurangan. Diyakini ini adalah fenomena yang baik, bahwa setiap manusia bisa berubah dan akan terus berusaha untuk bisa menjadi orang berimanan.

Insyaf bahwa hari kemenagan akan ada menyebabkan kesadaran untuk saling memaafkan, sehingga kesadaranlah yang akan menghantar pada kemenangan.

Kemenangan yang didasari dengan kesadaran adalah peniadaan tuhan kecil dan mengecualikan Tuhan besar didalam hatinya, wujud aflikasinya akan menimbulkan insan kamil. Insan kamil yang diinginkan adalah insan yang disempurnakan dengan keikhlasan untuk terus berbuat baik kepada sesama dan ketaqwaan dalam mendekatkan kepada Alloh.

Idul fitri penuh keberkahan. Banyak hukmah didalamnya yang belum bisa diungjapkan dalam tulisan sederhana ini, karena kesederhanaan ini adalah ruang untuk disempurnakan oleh pembaca agar senantiyasa bertafakur.

Insyha Alloh dengan hikmah ramadhan menghadirkan solusi terbaik bagi kerawanan sosial seperti kemiskinan dan penyakit sosial masyarakat ( prostitusi , kenakalan remaja dan kriminalitas ).

Semoga para pemangku kebijakan selalau diberi hidayah oleh Alloh Swt untuk senantiyasa insyaf bahwa segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawabannya, untuk kemudian selalau berfikir untuk mencari solusi dari hikmah setiap peristiwa waktu terutama sibulan ramadhan.

Wallohu A’lam

Oleh :
Agung Zulviana Direktur Eksekutif Public Center

Artikulli paraprakPawai Obor dan Takbir Keliling Cara Warga Sindangkasih Sambut Malam Takbiran
Artikulli tjetërHalal Bihalal, Karang Taruna Sinarbakti Gelar Pertandingan Voli

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini