Wahyo penjual minuman tradisional Bajigur di Parungsari Kota Banjar. Foto/Hermanto.PasundanNews.com

BERITA BANJAR, PASUNDANNEWS.COM – Wahyo (52) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan malam di Parungsari, kota Banjar, Jawa Barat.

Dikenal sebagai legenda Bajigur, Wahyo menjual minuman tradisional ini di sudut simpang tiga Parungsari setiap malam. Tempatnya yang strategis membuatnya diserbu oleh banyak pembeli setiap harinya.

Bisnis Bajigur Wahyo bukanlah hal yang baru. Sejak tahun 1976, Wahyo telah mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari warisan yang ditinggalkan oleh sang ayah.

Menurutnya, menjual Bajigur adalah cara untuk mempertahankan dan meneruskan jejak keluarganya.

“Saya berjualan sudah cukup lama, usaha ini merupakan warisan bapak yang sudah meninggal,” ungkap Ayo kepada pasundannews.com, Sabtu (23/12/2023) malam.

Tidak hanya Bajigur, tetapi juga tersedia Bandrek dan aneka gorengan di tenda Wahyo. Pelanggan setianya tahu bahwa di sudut simpang tiga Parungsari, mereka dapat menemukan minuman hangat dan camilan lezat untuk menemani malam mereka.

Kelezatan Bajigur Wahyo bukan hanya sekadar rasa, tetapi juga nostalgia. Bagi banyak warga Kota Banjar, minuman ini menjadi bagian dari kisah hidup mereka. Setiap tegukan membawa mereka pada kenangan masa kecil atau momen-momen manis bersama keluarga dan teman-teman.

Meski harga satu bungkus Bajigur dan Bandrek 3000 rupiah, namun nilai yang terkandung jauh lebih besar.

Wahyo tidak hanya menjual minuman dan makanan, tetapi juga memelihara warisan budaya yang kian langka di tengah arus modernisasi.

Seiring berjalannya waktu, pedagang Bajigur ini tetap eksis di sudut simpang tiga Parungsari yang menjadi saksi bisu perubahan kota.

Kesetiaan pelanggan dan dukungan komunitas menjadikan Wahyo sebagai pahlawan lokal yang mempertahankan keunikan dan kehangatan tradisional di tengah keramaian.

Salah satu pelanggan, Dasep (45) warga Warungbuah, Kota Banjar, mengatakan bahwa Bajigur Parungsari bukan hanya sebuah bisnis, melainkan simbol kebersamaan dan kehangatan.

“Dulu saya warga asli Parungsari, meski sudah pindah rumah, namun tetap saya menjadi pelanggan. Menikmati Bajigur ini juga sekaligus bernostalgia mengenang masa kecil saya di Parungsari,” ujarnya.

Melalui jualan malamnya, Wahyo menghidupkan kembali kenangan dan memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat merasakan kelezatan dari secangkir Bajigur.

Malam-malam di sudut simpang tiga Parungsari tetap berkilau berkat kehadiran warisan Bajigur yang dijaga dengan penuh kasih oleh Wahyo.

Meski zaman terus berubah, tetapi tradisi manis ini tetap abadi, menyala bagai cahaya lilin di tengah gelapnya malam. (Hermanto/PasundanNews.com)

Artikulli paraprakCeleg DPRD Kota Banjar Emay Siti Muludjum Gelar Kampanye Tatap Muka di Jelat Pataruman
Artikulli tjetërKapolres Banjar Lakukan Pengecekan ke Pos Pam Ops Lilin Lodaya 2024