Foto/Visitciamis.com

BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Situs Karangkamulyan, yang terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mempesona dengan luasnya.

Menyelimuti lahan seluas 25,5 hektare, situs ini menawarkan pengalaman wisata yang memukau di tengah hutan yang hijau, sebagaimana mengutip laman resmi Pemkab Ciamis, Selasa (14/5/2024).

Para sejarawan meyakini bahwa Situs Karangkamulyan adalah bagian dari warisan Kerajaan Galuh, yang berkuasa dari abad ke-7 hingga ke-16.

Keberadaannya memperkaya pengetahuan kita tentang peradaban masa lalu di wilayah ini. Dengan artefak dan reruntuhan yang masih tersisa, situs ini menjadi saksi bisu dari sejarah yang berharga.

Berdasarkan informasi dari situs resmi Direktori Pariwisata Kemenparekraf, tanggal pasti penemuan Situs Karangkamulyan belum diketahui.

Namun, masyarakat setempat mengatakan bahwa situs ini telah menjadi tujuan kunjungan sejak abad ke-18, digunakan untuk berbagai keperluan.

Meskipun demikian, hingga tahun 1914, Situs Karangkamulyan belum termasuk dalam daftar benda-benda purbakala yang diinventarisasi oleh NJ Krom.

Hal ini menunjukkan bahwa penemuan dan pengakuan resmi terhadap situs ini belum dilakukan pada waktu itu.

Situs Karangkamulyan memiliki latar belakang yang terkait erat dengan Legenda Ciung Wanara, sebuah cerita rakyat Sunda yang sangat terkenal di Jawa Barat.

Riwayat Prabu Adimulya Permanadikusuma

Konon, pada masa itu, Prabu Adimulya Permanadikusuma, yang memerintah Kerajaan Galuh, merasa terpanggil untuk menjalani hidup sebagai seorang petapa yang menyendiri.

Karena keinginannya ini, ia memutuskan untuk menyerahkan takhta kerajaan kepada Prabu Bondan Sarati.

Kisah ini menjadi bagian dari warisan budaya yang melahirkan berbagai cerita dan legenda di wilayah Jawa Barat.

Dalam konteks Situs Karangkamulyan, hubungan dengan Legenda Ciung Wanara menambah daya tariknya sebagai tempat yang terkait dengan masa lalu yang penuh dengan cerita dan keajaiban.

Sehingga, kunjungan ke situs ini tidak hanya memberikan pengalaman sejarah yang mendalam, tetapi juga memperkaya pengetahuan tentang budaya dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat selama berabad-abad.

Legenda Ciung Wanara mengisahkan bahwa setelah Prabu Adimulya Permanadikusuma meninggalkan takhta kerajaan, ia memulai kehidupan baru sebagai seorang petapa yang dijuluki Pandita Ajar Sukaresi.

Mamun, di bawah pemerintahan Prabu Bondan Sarati, rakyat Galuh mengalami penderitaan yang mendalam. Raja tersebut juga merencanakan untuk menghilangkan Pandita Ajar Sukaresi secara diam-diam.

Kebencian raja semakin mendalam ketika Pandita Ajar Sukaresi semakin dikenal luas dan dihormati di berbagai wilayah, karena kehebatannya yang semakin bertambah.

Untuk menguji kesaktiannya, Prabu Bondan Sarati mengajukan tantangan kepada Pandita Ajar Sukaresi untuk menebak isi kandungan istrinya, Dewi Naganingrum, meskipun sebenarnya Dewi Naganingrum tidak sedang hamil.

Meski mengetahui bahwa istrinya tidak hamil, Pandita Ajar Sukaresi dengan tegas mengatakan bahwa Dewi Naganingrum sedang mengandung seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi saingan Prabu Bondan Sarati.

Mendengar hal ini, Prabu Bondan Sarati marah besar, dan ia memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Pandita Ajar Sukaresi.

Namun, upaya untuk membunuh Pandita Ajar Sukaresi selalu gagal. Akhirnya, karena terusir dari kerajaan, Dewi Naganingrum, yang perutnya semakin membesar, diasingkan ke dalam hutan.

Kehidupan yang dramatis ini menjadi bagian dari legenda yang memikat dan masih dikenang oleh masyarakat Jawa Barat hingga saat ini.

Raja memberi pesan kepada Paman Lengser bahwa jika Dewi Naganingrum melahirkan bayi laki-laki, bayi itu harus dibunuh. Namun, ketika Dewi Naganingrum benar-benar melahirkan bayi laki-laki, Paman Lengser tidak memiliki hati untuk melakukannya.

Sebagai gantinya, ia memasukkan bayi tersebut ke dalam peti, dilengkapi dengan telur dan keris, lalu menghanyutkannya di Sungai Citanduy. Peti tersebut kemudian ditemukan oleh Aki Balangantrang, yang memberi bayi itu nama Ciungwanara. Telur yang ada di dalam peti itu tumbuh menjadi ayam jantan aduan yang sangat tangguh.

Ciung Wanara Menangkan Sabung Ayam

Ketika kecerdasan Ciungwanara dan ketangguhan ayamnya menjadi terkenal, Prabu Bondan Sarati kembali marah dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuhnya melalui sebuah siasat sayembara sabung ayam.

Dalam sayembara tersebut, siapa pun yang mampu mengalahkan ayam milik raja akan mendapatkan hadiah berupa separuh wilayah Kerajaan Galuh. Ciungwanara berhasil memenangkan sayembara itu, namun raja tidak memenuhi janjinya.

Dengan kecerdasannya, Ciungwanara berhasil menjebak Raja Bondan Sarati di dalam kerangkeng yang sebenarnya disiapkan untuk menangkapnya. Kejadian ini membawa kebahagiaan bagi rakyat yang telah lama menderita, dan mereka memilih Ciungwanara sebagai raja baru Galuh. Dengan demikian, legenda Ciung Wanara menjadi sebuah cerita inspiratif tentang keberanian, kecerdikan, dan keadilan yang tetap dikenang dalam sejarah Jawa Barat.

Situs Karangkamulyan menawarkan keindahan alam yang mempesona dengan cagar alamnya yang indah, yang ditinggali oleh flora dan fauna yang kaya.

Namun, tidak hanya itu, situs ini juga menyimpan cagar budaya yang berharga dari masa Kerajaan Galuh. Terutama, terdapat formasi batu-batu yang unik, yang membentuk struktur tertentu, serta memiliki nama dan kisah tersendiri.

(Fajri Syawal/PasundanNews.com)

Artikulli paraprakMenelisik Sejarah di Astana Gede Kawali Kabupaten Ciamis
Artikulli tjetërCamping Sambil Bermain Permainan Tradisional di Jati Sewu Cibungbang Ciamis