(foto: Istimewa)

Oleh: Sidik Panji P *)

PasundanNews, – Melihat kondisi dunia tentunya dewasa ini kita sangat familiar dengan kata modernisasi. Seperti yang diungkapkan oleh J.W. Schoorl, menurut pendapatnya modernisasi adalah suatu proses transformasi yang mampu menggerakan masyarakat pada bentuk perubahan dalam aspek kehidupan yang ada di dalamnya. Sementara menurut Wilbert E. Moore dalam pandangannya, modernisasi adalah transformasi total kehidupan kebersamaan untuk merangkai berbagai bentuk dan bidang teknologi, organisasi sosial.

Dari kedua tokoh tersebut, saya dapat menarik benang merah bahwa modernisasi merupakan sebuah proses perubahan dari tradisional menuju lebih modern yang didalamnya meliputi segala sendi kehidupan. Berbicara modernisasi, sangat banyak indikator-indikator yang mempengaruhi. Kondisi kehidupan sosial yang selalu berjalan dinamis menjadi faktor utama terjadinya modernisasi itu sendiri. Tuntutan masyarakat global yang semakin maju memaksa masyarakat Indonesia bisa mengikuti perkembangan ini karena konsekuensi logisnya ketika bangsa Indonesia tidak mengikuti perkembangan masyarakat dunia maka negara kita akan tertinggal.

Ada beberapa dampak dari modernisasi sendiri, baik dampak positif maupun negatif. Berbicara dampak positif sudah barang jelas jika di era modernisasi ini semua hal dapat berjalan lebih mudah atau bisa dikatakan modernisasi mempermudah kehidupan manusia. Selain dampak positif, penulis mengambil 2 dampak negatif dari sekian banyak dampak negatif modernisasi. Pertama kesenjangan sosial, hal ini dapat terjadi karena melihat kondisi di zaman modernisasi yang mana didalamnya tidak semua orang dapat mengikuti arus modernisasi ini dengan baik. Oleh sebab itu, akan muncul kesenjangan diantara masyarakat yang dapat mengikuti modernisasi, dengan masyarakat yang malah tidak bisa mengikutinya. Kesenjangan sosial ini menimbulkan pribadi masyarakat yang individualistik yang mana hal ini bertentangan dengan budaya di Indonesia salah satunya budaya gotong royong yang saat ini sudah mulai memudar.

Kedua, yaitu gaya hidup yang mengiblat ke barat, berbicara modernisasi tentunya kita tidak bisa pungkiri bahwa bangsa baratlah yang berperan besar atas berlangsungnya era modernisasi. Sudah menjadi konsekuensi logis ketika kita mengikuti pola kehidupan suatu bangsa maka akan banyak kebiasaan-kebiasaan yang akan kita tiru. Hal ini sudah mulai tampak dikalangan masyarakat Indonesia seperti salah satunya budaya hedonis yang merupakan kebiasaan dari orang-orang di negara yang menganut sistem liberalisme.

Keberhasilan bangsa barat dalam mempengaruhi kondisi dunia umumnya serta Indonesia khususnya tak lepas dari kesuksesan mereka dalam menciptakan sebuah narasi dominasi yang mampu menghegemoni masyarakat dunia. Berbicara tentang narasi tentunya kita akan membahas tentang ide-ide atau gagasan yang dibawa. Pengemasan ide yang menarik dan relevan akan memudahkan untuk menyebarkan serta menghegemoni masa untuk mengikuti sebuah narasi tersebut. Membahas tentang ide atau gagasan hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ideologi.

Jika kita cermati kondisi global saat ini yang mana ada 2 ideologi besar yang saat ini sedang memperebutkan eksistensi dimata dunia hingga ditarik sejarah hal itu menyebabkan peperangan di bangsa barat. Jika berbicara peperangan yang saat ini terjadi di dunia internasional merupakan peperangan adu ideologi yang mana kedua ideologi yang sedang bertarung yaitu komunis dan liberal. Keduanya sedang saling unjuk gigi berupaya untuk mencari eksistensi serta menghegemoni dunia agar salah satu ideologi tersebut dapat menguasai dunia yang mana dampak itu terasa sampai ke Indonesia.

Jika bisa saya katakan, modernisasi merupakan sebuah produk bangsa barat yang didalamnya  memiliki tujuan-tujuan untuk mendegradasikan suatu kebiasaan-kebiasaan bangsa agar dapat terbawa ke budaya barat. Adanya tujuan tersirat yang dibungkus didalam sebuah konsep menjadi hal-hal yang sangat sulit untuk dibaca dengan mata telanjang, perlu adanya pemikiran kritis untuk menganalisis hal ini.

Maka dari situlah pentingnya sebuah sikap kritis yang wajib dimiliki setiap individu warga negara Indonesia. Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, tidak dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia sudah mengalami degradasi nilai-nilai nasionalisme. Hadirnya modernisasi sedikit banyak sudah mampu melunturkan sikap nasionalisme kita. Banyak hal yang sudah mulai berubah dalam sistem kehidupan di Indonesia, semisal ketika dahulu kebiasaan bercengkrama satu sama lain sudah menjadi ciri masyarakat Indonesia yang ramah.

Namun saat ini dengan adanya gadget, mampu mengurangi interaksi sosial secara langsung di masyarakat, hal itu berdampak langsung kepada lunturnya nilai-nilai kolektifitas pada masyarakat. Hilangnya nilai-nilai kolektifitas dalam masyarakat menjadi masalah penting yang mana hal ini merupakan salah satu dampak negatif modernisme. Melihat permasalahan tersebut konsep modernisme ini dapat menjadikan manusia menjadi manusia-manusia individualistik.

Lunturnya nilai-nilai kebudayaan dan nasionalisme di generasi muda merupakan salah satu konsekuensi logis dari dampak negatif modernisme. Lebih bangga terhadap budaya-budaya luar dibanding budaya lokal merupakan salah satu awal mula hancurnya sebuah bangsa, karena hal yang menjadi identitas sebuah bangsa adalah kebiasaan juga budayanya, jika sebuah bangsa telah kehilangan budaya serta kebiasaan bangsa tersebut maka bangsa itu pun akan kehilangan identitasnya.

Oleh karena itu, penulis ingin  memberikan sedikit solusi bagi permasalahan yang jika dibiarkan  akan menjadi bom waktu bagi bangsa kita sendiri. Jika berbicara mengenai kesuksesan bangsa barat dalam merangkai suatu narasi untuk menghegemoni suatu bangsa maka sudah suatu kewajiban kita sebagai masyarakat Indonesia mampu membumikan kembali nilai-nilai Pancasila yang mana didalamnya sudah mengatur segala bentuk kehidupan bangsa yang sudah relevan dengan kebiasaan juga budaya masyarakat Indonesia. Karena berbicara ideologi maka ideologi yang tepat untuk suatu bangsa adalah ideologi yang sejalan dengan kondisi bangsanya itu sendiri.

Berbicara peperangan yang saat ini terjadi di dunia internasional merupakan peperangan adu ideologi maka bangsa kita yang sudah memiliki ideologi sendiri dan sudah sangat relevan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia sebisa mungkin harus mampu membumikan kembali nilai-nilai yang ada didalamnya serta mereaktualisasikan kembali nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam setiap ajaran agama yang ada di Indonesia, agar kita semua tidak terjebak dalam pertarungan global serta mampu mencapai tujuan bangsa kita yang tercatat dalam mukadimah UUD 1945 serta dapat membuat suatu peradaban baru yang lebih baik lagi.

*) Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandung

Artikulli paraprakDPR Bahas Omnibus Law, Rektor dan Pakar Hukum UAI Beri Masukan
Artikulli tjetërPotret Kebijakan Birokrasi Kampus Yang Bebal dan Tuli (Surat Terbuka untuk Birokrasi Kampus dan Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon)