BERITA KUNINGAN, PASUNDANNEWS.COM – Dr. Agun Gunandjar Sudarsa, Anggota Komisi XI DPR RI Dapil Jabar X menggandeng Bank Indonesia adakan diskusi publik di Kabupaten Kuningan.
Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa era teknologi saat ini mengajak masyarakat untuk melakukan segala aktifitas melalui digital termasuk transaksi keuangan.
Bahkan pada tahun 2045 yang merupakan misi Indonesia emas, uang sudah serba digital dan semua pihak dituntut untuk menyesuaikan perkembangan zaman yang ada.
Hal tersebut Agun Gunandjar sampaikan saat menggelar diskusi publik bersama BI (Bank Indonesia) di Aula Desa Pakembang, Kabupaten Kuningan, Jumat (15/9/2023).
Tema dalam diskusi ini bertajuk ‘Memperkuat Sinergi dan Inovasi dalam Pengendalian Inlasi di Daerah Kabupaten Kuningan’.
Perlu Ada Keterlibatan Masyarakat dalam Menghadapi Inflasi
Dalam menghadapi inflasi, lanjut Agun, beberapa daerah di Jawa Barat diharapkan masyarakatnya perlu ada keterlibatan.
“Tidak bisa harus mengandalkan pemerintah dan perlu adanya pemahaman, kesadaran dari masyarakat termasuk pelaku usaha itu sendiri,” katanya.
Ia juga berpesan bahwa agar semuanya harus terus bergerak maju, pasalnya perekonomian digital saat ini berkembang dengan sangat pesat.
Sehingga berbagai transaksi kini dapat dilakukan dengan mudah hanya dengan menggunakan smartphone.
“Harus kita ketahui saat ini perilaku masyarakat telah berubah dan manfaat atas transaksi secara digital tersebut sudah dirasakan secara luas baik oleh pelaku usaha maupun masyarakat,” lanjut Agun.
Sinergi BI bersama Komisi XI DPR RI
Kang Agun selaku Anggota Komisi XI terus bersinergi bersama BI. Dalam hal ini BI perwakilan Cirebon pun turut mengapresiasi.
Hestu Wibowo mewakili BI Cirebon menjelaskan, inflasi yaitu naiknya harga barang badan jasa pada umumnya yang bingung berlangsung secara terus menerus.
Hestu mengatakan, jika inflasi meningkat maka harga barang dan jasa pun mengalami kenaikan.
“Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang,” ungkapnya.
Menurut Hestu, inflasi di tahun 2023 diperkirakan akan melandai dan rentang target sasaran 3 kurang lebih 1 persen.
“Namun beberapa resiko harus tetap perlu diwaspadai. Seperti transmisi harga impor ke harga jual domestik,” ujarnya.
Peningkatan permintaan di sektor Horeka (restaurant, cafe) maupun kondisi perubahan cuaca.
Menurutnya, dalam pengendalian inflasi ia mencontohkan seperti adanya bazar murah untuk untuk komoditas pangan murah,
Mengupayakan peningkatan produk dan pangan serta memperkuat peningkatan sidak pasar.
“Serta mengoptimalisasikan dukungan APBD dalam program pengendalian inflasi daerah,” tandasnya. (Hendri/PasundanNews.com)