Alpukat bisa obati Leukimia
Alpukat/Pixabay

PASUNDANNEWS – Semua buah pada umumnya memiliki khasiatnya masing-masing. Akan tetapi banyak yang beranggapan bahwa buah alpukat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

Adapun manfaat yang bisa di dapat dari alpukat, buah yang  kerap di anggap sebagai superfood dapat mengobati leukimia. Pertanyaannya benarkah anggapan tersebut?

Berdasarkan hasil riset yang di lakukan oleh University of Guelph. Bahwa senyawa dalam alpukat bisa menolong dalam penyembuhan leukemia.

Senyawa tersebut menargetkan enzim yang sudah di identifikasi oleh para ilmuwan untuk pertama kalinya dalam perkembangan sel kanker, kata Dokter Paul Spagnuolo, Kementerian Ilmu Pangan.

Hasil Riset 

Riset yang di terbitkan dalam harian Blood leukemia myeloid kronis (AML). Menunjukkan iwujud leukemia yang sangat mengganggu.

Sebagian besar permasalahan berlangsung pada orang yang berumur di atas 65 tahun, serta kurang dari 10 persen penderita bisa bertahan hidup sampai 5 tahun sesudah diagnosis.

“Sel leukemia mempunyai jumlah enzim yang lebih besar yang di ucap VLCAD yang ikut serta dalam metabolisme mereka,” kata Paul.

“Sel tergantung pada jalur itu untuk bertahan hidup,” katanya, memaparkan jika senyawa tersebut bisa jadi besar di gunakan buat pengobatan obat, mengutip Times of India, Minggu, (2/5).

“Ini merupakan awal kalinya VLCAD di identifikasi sebagai sasaran pada kanker apapun. Lihat, yang terbaik berasal dari alpukat,” sambungnya Spagnuolo.

Tadinya, labnya mengamati alpukat B, molekul lemak yang cuma di temui dalam alpukat, buat pemakaian potensial dalam menghindari diabet serta mengelola kegemukan.

Saat ini penelitian yang di lakukan Paul ingin melihat bagaimana kegunaan alpukat untuk para penderita leukemia.

“Sel leukimia VLCAD dapat jadi indikator yang baik buat mengenali penderita yang sesuai buat tipe pengobatan ini. Bisa pula jadi indikator buat mengukur aktivitas obat.” tuturnya.

Lebih lanjut Dr Paul menjelaskan, sekitar setengah dari penderita berumur di atas 65 tahun yang di nyatakan dengan AML memasuki perawatan paliatif. Yang lain mengalami kemoterapi, namun perawatan obat beracun serta akhirnya dapat menewaskan penderita.

“Terdapat dorongan buat menciptakan obat yang lebih akan tetapi tidak beracun yang bisa di gunakan,’ jelasya.

“Kami sedang menyelesaikan riset pada manusia tentang suplemen oral. Pihanya telah mampu menampilkan jumlah yang lumayan besar dan baik,” tuntasnya.

(Aw)