PASUNDAN NEWS – Wakil Rektor II Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Lely Pelitasari Soebekty, mengatakan bahwa era disrupsi saat ini merupakan kesempatan untuk melakukan inovasi dan perubahan yang dipercepat.

“Era disrupsi ini tidak bisa dihindari, maka saya sepakat dengan apa yang tadi disampaikan oleh Gubernur Anies Baswedan bahwa era disrupsi ini harus direspon dengan inovasi untuk mengejar percepatan perubahan,” kata Lely saat menjadi narasumber dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KAUMY) periode 2021-2025 pada Sabtu (12/03/2022).

Lely menyampaikan, salah satu respon atas perubahan tersebut antara lain lahirnya perguruan tinggi digital, seperti UICI dan Universitas Siber Muhammadiyah.

Keberadaan perguruan tinggi digital ini sangat penting mengingat Indonesia di masa yang akan datang membutuhkan sembilan juta talenta digital.

Selanjutnya, Lely yang juga sebagai anggota Dewan Pengawas Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan bagaimana seharusnya membangun organisasi alumni perguruan tinggi. Ia menjelaskan beberapa prinsip dalam membangun organisasi alumni perguruan tinggi.

“Prinsip yang pertama adalah kolaborasi. Prinsip ini diwujudkan dalam bentuk program yang sifatnya saling membesarkan (alumni dan almamater),” jelas Lely.

Yang kedua, lanjut Lely, adalah membangun sistem dan kultur organisasi modern. Prinsip ini sejalan dengan tuntutan era disrupsi dalam membangun kultur digital yang nantinya bertransformasi menjadi digital leadership.

Prinsip selanjutnya adalah team work. Menurut Lely, dengan team work ini, organisasi tidak bergantung pada tokoh tertentu.

Selain Lely, hadir dalam acara ini sebagai narasumber adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir juga hadir menyampaikan orasi ilmiah lewat tayangan video.

Dalam paparannya, Ma’mun Murod mengingatkan pentingnya peran alumni dalam dua hal, yaitu peran dalam pengembangan perguruan tinggi dan peran kebangsaan.

“Apapun ketika sudah alumni, wajah akademisnya, wajah kampusnya harus tetap terlihat. Ciri orang kampus itu sesungguhnya ada satu hal, yaitu merdeka dalam hal apa pun. Dan bangsa ini sesungguhnya membutuhkan orang-orang yang berfikir merdeka,” jelas Ma’mun Murod.

Sedangkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berpesan agar para alumni terus berinteraksi dengan institusi perguruan tinggi.

“Penting sekali bagi para alumni untuk berinteraksi langsung dengan pengelola universitas, untuk berbagi pengalaman dalam bentuk hikmah agar bisa dijadikan materi pembelajaran bagi kampus-kampus untuk para mahasiswa, untuk para dosen mengikuti perubahan di dunia luar kampus,” kata Anies.

Sementara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir memaparkan bahwa disrupsi teknologi tidak boleh menghilangkan nilai luhur bangsa Indonesia.

“Apalah arti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan menguasai iptek, kemajuan fisik ragawi serta kemajuan-kemajuan yang bersifat lahiriah indrawi dalam sebuah bangsa dan negara jika nilai-nilai luhur, spiritual, etik, moral dan sosial budayanya luruh dan mengalami erosi,” kata Haedar.