Ridwan Fauzi M. H Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (ITB). (foto: Istimewa)

PasundanNews, Bandung – Maraknya persebaran virus Covid-19 serta adanya himbauan Sosial Distancing/Diam di Rumah  tak membuat Milenial Muslim Bersatu (MMB) kehabisan akal untuk berbuat sesuatu.

Berangkat dari berbagai kasus Terorisme di Indonesia yang lahir dari pemikiran radikal yang menyimpang, MMB pun membuat Video Edukasi. Tema yang diangkat terkait ‘Peran Aktif Jurnalis dan Pemuda Dalam Membendung Penyebaran Radikalisme’.

Kurniawan Widodo, mantan narapidana teroris yang menjadi narasumber di video yang dibuat mengatakan radikalisme terkadang susah dibendung karena adanya paham atau doktrinasi yang ekslusif sehingga sangat sulit untuk dihimbau.

“Radikalisme itu hadir ketika seseorang atau kelompok merasa dirinya paling benar dan menganggap kelompok yang lain itu togut (kafir),” ungkapnya di Bandung, Jumat (27/3/2020).

Ia pun mewanti-wanti agar pemuda dan media tidak terprovokasi oleh hoax tentang radikalisme itu buatan Pemerintah atau pihak asing (Amerika).

“Solusinya jangan mudah fanatik terhadap suatu pemahaman apalagi pemahaman tersebut mudah mengkafirkan orang lain,” kata Kurniawan.

Pengurus Wilayah NU Jawa Barat Dr. Wawan Gunawan menjelaskan bahwa radikalisme itu pemikiran yang mengkritik tatanan sosial dan berniat menggantikannya dengan yang baru.

“Untuk menghindari paham radikalisme, organisasi Islam Moderat haru kembali pada fungsinya sebagai rujukan umat. Serta masyarakat jangan memahami agama dari sumber yang instan seperti medsos,” terangnya.

Sementara itu, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Institut Teknologi Bandung, Ridwan Fauzi, M.H menjelaskan bahwa Radikalisme itu nyata dan ada melalui kajian tertutup. “Oleh karena itu, Keluarga adalah sumber pendidikan utama agar terbendungnya paham terorisme,” tuturnya.

Dari perspektif media, Pimpinan Redaksi TasikRaya.com, Faisal Akbar mengatakan peran media sangat penting dalam membendung radikalisme.

“Peran pemerintah, media dan masyarakat sangat penting agar mampu membendung paham radikalisme. Khususnya supaya tidak menimbulkan instabilitas nasional,” singkatnya.