foto: istimewa

Oleh: Ade Zaenul Mutaqin

PASUNDANNEWS.COM, – Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan melimpah ruahnya informasi, khususnya di jagat digital. Ribuan bahkan mungkin jutaan jenis informasi diproduksi dan dipublikasikan setiap harinya di jagat maya. Muhammad Nuh (Dalam Agus Sudibyo, 2019) menyebutkan: “Kini kita berada pada masyarakat yang kehidupannya berbasis pengetahuan dan informasi yang sifatnya lebih abstrak-imajiner (knowledge and information society; society 4.0), dengan penggerak utamanya teknologi digital. 

Tanpa diminta, saat ini media di jagat digital (termasuk media sosial) berlomba-lomba menyuguhkan bergam informasi kepada warga internet (netizen). Kita tidak bisa menghindarinya, setiap membuka internet informasi-informasi itu hadir ke hadapan kita. Sekali klik dengan mudahnya kita dapat mengakses beragam informasi tersebut. Apalagi  dengan adanya mesin pencari (search engine) kita akan dengan mudah untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Apalagi dengan kehadiran media sosial, setiap orang di manapun dan kapanpun dapat membuat dan mempublikasikan informasi dengan mudah secara luas. Namun sangat disayangkan, tidak semua konten yang disajikan tersebut berisi sesuatu yang benar, positif dan bermanfaat. Banyak sekali  informasi yang ada di jagat digital tersebut berisi informasi hoax, fakenews, fitnah, ujaran kebencian, dan jenis konten lainnya yang tidak benar dan tidak mendidik, namun dikemas secara menarik.

Jebakan itu bernama Clickbait?

Ibarat hutan, jagat digital adalah belantara informasi yang jika tidak hati-hati dapat membuat kita terjebak di dalamnya. Salah satu fenomena tersebut saat ini adalah maraknya informasi yang dikemas dengan judul clickbait. Menurut Merriam Webster Dictionary clickbait didefinisikan something (such as a headline) designed to make readers want to click on a hyperlink especially when the link leads to content of dubious value or interest. Sesuatu atau judul yang dirancang untuk membuat pembaca ingin meng-klik suatu hyperlink, khususnya ketika link tersebut berisi konten yang meragukan atau menarik minat. Sederhananya, clickbait adalah judul yang dibuat secara menarik, biasanya dengan kalimat berlebihan dengan tujuan mendapatkan klik sebanyak-banyaknya dari pembaca. Clickbait kebanyakannya menyajikan konten yang tidak sesuai dengan judul yang ditulis, atau dengan ekspektasi pembaca. Seringkali pula berisi informasi yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.  Bahkan, ada juga konten clickbait yang bersisi, malware, virus, atau pencurian data pribadi. Walaupun memang ada juga clickbait yang berisi konten yang postif yang dipertanggungjawabkan, namun jumlahnya sangat sedikit.

Tujuan clickbait adalah untuk mendapatkan klik sebanyak-bayaknya dari pengguna internet, yaitu guna menaikan traffic pada  laman tersebut, baik berupa page view, like, comment, share, subscribe dan jenis impresi lainnya. Semakin banyak klik maka akan semakin besar pula peluang mendapatkan iklan digital. Agus Sudibyo (2019:136) menyebutkan jurnalisme yang beroreitasi pada klik dianggap telah melahirkan fenomena jurnalisme sensasional, dan menurut beberapa pihak berkonsekuensi negatif terhadap kualitas jurnalisme yang berkembang dewasa ini.

Jika dilihat dari sejarahnya, fenomena clickbait bukanlah fenomena baru. Membuat berita dengan judul yang menarik dan sensasional sudah sejak lama dilakukan, tetapi telah digunakan untuk menarik pembaca sejak akhir abada ke 19 yaitu ketika dua surat kabar, William Randolph Hearst’s New York Journal dan Joseph Pulitzer’s New York World, terjerat dalam persaingan panas untuk menarik pembaca dan menjadikan diri mereka sebagai sumber utama dalam “jurnalisme kuning” di Amerika Serikat melalui pemberitaan dengan judul-judul yang sensasional (Kusumawardani, 2019:15)

Judul clickbait dibuat semenarik mungkin agar dapat membuat orang penasaran untuk meng-klik-nya. Judul dalam sebuah bacaan, memang merupakan sesuatu yang sangat penting dan vital, ia dianggap sebagai representasi isi suatu bacaan, namun dalam clickbait justru menjadi faktor utama untuk membujuk pembaca mengklik sebuah link. Judul clickbait dibuat secara bombastis, hiperbola, sensasional dan cenderung berlebihan.  Menurut Chen, Conroy, dan Rubin (2015) sebagaimana dikutip oleh Olivia Lewi Pramesti (2019:2) , karakteristik judul clickbait di antaranya tidak ada penyelesaian kata, menggunakan kata langsung/ajakan, kata provokatif, kata hiperbola/ bombastis, bahasa menegangkan, bahasa ambigu, serta kata ganti yang tidak terselesaikan. Selain itu, masih banyak lagi jenis atau ragam judul yang clickbait.

Ketika kita meng-klik sebuah link, maka beberapa link serupa akan muncul di linimasa kita. Dalam dunia maya dikenal echo chamber atau ruang gema, apa yang kita teriakan akan menggema dan terdengar oleh kita sendiri, artinya apa yang kita sukai di internet, maka itulah apa yang akan disajikan internet di linimasa kita. Algoritma dengan bantuan filter buble menyaring feed yang kita sukai berdasarkan kecocokan, relevansi dan preferensi yang direkam lewat aktivitas kita di internet, seperti klik, like, share, subscribe dll. Artinya sekali kita mengklik link yang berisi clickbait, maka clickbait lainnya yang serupa akan muncul, semakin sering kita berinteraksi dengan link yang berisi clickbait, maka akan semakin seringlah clcikbait itu muncul. Dengan sering atau berulang-ulangnya suatu konten muncul di hadapan kita, tanpa sadar akan semakin mengkofirmasi keyakinan kita sebelumnya terhadap suatu informasi, walaupun informasi tersebut belum jelas kebenarannya. Akhirnya persepsi atau keyakinan pun terbentuk, walaupun informasi itu belum tentu benar. Tanpa sadar kita terjebak.

Selanjutnya >>>>>