Ilham Syawalludin, Sekretaris Umum HMI Cabang Tasikmalaya periode 2018-2019. (foto: Istimewa)

Oleh: Ilham Syawalludin (Sekretaris Umum HMI Cabang Tasikmalaya 2018-2019)

PASUNDANNEWS.COM – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 yang di gagas oleh Lafran Pane seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) yang sekarang (UII). berdirinya HMI merupakan sebuah respon terhadap kondisi kebangsaan dan Keumatan pada saat itu. hal ini perlu menjadi refleksi bagi kader HMI untuk tetap merawat semangat kebangsaan dan keumatan, dimana setiap kader mengambil peran atas masalah yang berkaitan dengan bangsanya dan kondisi umat.

Hari ini kita bisa melihat Himpunan mahasiswa islam yang kongkret. bayangkan, Tahun 1946 yang lalu ketika HMI adalah gagasan bahkan impian, untuk dapat mengambil peran besar dan kemudian menjadi organisasi mahasiswa islam terbesar saat ini.

Dalam kiprahnya sepanjang sejarah HMI sudah banyak melahirkan tokoh besar. Karena, sejak berdirinya HMI telah memfungsikan diri sebagai organisasi kader bukan organisasi Massa, yang kegiatannya bukan hanya sekedar menyalurkan eksistensi diri. Akan tetapi kiprahnya itu dilakukan secara sadar untuk memikul tanggungjawab dan mengisi kemerdekaan dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa.

Sejarah juga mencatat bahwa kader HMI pernah terlibat dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia untuk ikut dalam jajaran kemiliteran seperti sosok Letjend. Ahmad Tirtosudiro, kemudian komitmen terhadap perjuangan bangsa kembali dibuktikan oleh HMI ketika terjadi peristiwa G. 30 S PKI yang pada saat itu mereka akan merebut kekuasaan dengan cara inkonstitusional, para aktivis HMI dari pusat maupun daerah menggabungkan diri melalui KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa). Seperti sosok Mar’i Muhammad, Fahmi idris dan kawan-kawannya ikut andil membubarkan PKI.

Dari kedua peristiwa tersebut sudah jelas peran dan cara pandang serta keberpihakan HMI yaitu untuk kepentingan bangsa Indonesia secara menyeluruh. HMI juga lebih bebas dan dinamis karena sifatnya yang independen serta tidak dikenal dalam HMI istilah pemihakan pada politik praktis yang sifatnya jangka pendek melainkan sikap perjungannya memihak kepada kepentingan jangka panjang untuk masa depan indonesia yang di cita-citakan.

HMI sebagai tempat pembinaan, aktualisasi potensi mahasiswa islam, dalam konteks saat ini sudah seharusnya melakukan pembenahan diri jika HMI ingin tetap sebagai Harapan Masyarakat Indonesia karena Masa depan HMI adalah masa depan bangsa Indonesia. Seperti halnya yang diungkpkan oleh mantan Ketua Umum PB HMI kang Ahmad zacky Siradj dalam bukunya “Jendela Masa Depan” bahwa “ HMI adalah Hulu dari kepemimpinan nasional, maka jika hulu itu terkena polusi maka hilirnya akan semakin tercemar dan mencemarkan bangsa. Bila bangsa ini terindikasi adanya indikator sebagai bangsa yang gagal, maka boleh jadi sesungguhnya HMI-lah yang telah gagal”.

Ungkapan selaras juga pernah diungkapkan oleh Jendral Sudirman dalam pidatonya pada diesnatalis HMI yang pertama tahun 1948 bahwa “HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia” Pembenahan dari sisi fungsi HMI sebagai organisasi perkaderan perlu dilakukan dalam upaya menguatkan identitas kader HMI yang diharapkan memiliki kualitas lima insan cita. Karena kualitas insan cita merupakan wujud intelektual organik, yang nantinya kemampuan keilmuan yang dimiliki oleh kader HMI diamalkan kepada masyarakat.

Selamat Dies Natalis 73 Tahun HMI

(pasundannews/admin)