BERITA NASIONAL, PASUNDANNEWS.COM – Klitih sudah sekian lama menghantui masyarakat Jogja (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Kota pelajar itu tengah digemparkan dengan kabar terkait meninggalnya seorang pelajar akibat tindakan para pelaku klitih.
Aksi tersebut terjadi di daerah Gedongkuning pada Minggu (3/4/2022).
Di media sosial Twitter pun sempat trending tagar #YogyaTidakAman dan #SriSultanYofyaDaruratKlitih, lantaran tiap tahun kembali bermunculan.
Sebagaimana merangkum dari laman Suara.com, berikut beberapa fakta tentang klitih:
1. Arti Klitih
Klitih sendiri awalnya merupakan sebuah istilah yang berkonotasi positif, kata ini merujuk pada aktivitas yang sering orang Jogja sebut sebagai klitah-klitih.
Kata itu memiliki arti berjalan bolak-balik. Maksudnya, keadaan bingung atau mondar-mandir berkeliling karena iseng.
Lantaran maraknya aksi kriminalitas yang menyasar masyarakat di jalanan, istilah klitih mengalami pergeseran makna. Kini, klitih identik dengan tindak kekerasan.
2. Sudah Lama Terjadi
Fenomena ini, mulai bermunculan sejak tahun 90-an, dengan memakan korban tidak hanya terjadi pada bulan Ramadan tahun ini.
Tetapi juga, muncul di tahun 2021 silam yang menyasar seorang pelajar berusia 15 tahun di Kotagede.
Pemuda itu rata-rata pelajar. Termasuk korban di daerah kotagede, ia ditimpuk batu oleh orang tidak kenal. Sehingga mengakibatkan luka parah dan larikan ke rumah sakit.
3. Diduga Sedang Ada Rekrutmen
Kembali maraknya klitih mendapat berbagai sorotan dari para pakar fenomena masyarakat.
Salah satunya Sosiolog Kriminal UGM Suprapto, ia menyebutkan bahwa maraknya klitih menandakan adanya rekrutmen kelompok kriminal remaja.
Kelompok kriminal tersebut menjaring anggota baru. Melalui cara menantang anggota yang baru dengan membuat onar di masyarakat.
“Semakin berani menyakiti dan membuat onar. Anggota baru itu makin dielu-elukan. Sehingga kondisi psikologinya membuatnya makin berani. Fenomena seperti itu ada,” tandas Suprapto. (Herdi/PasundanNews.com)