Ilustrasi amalan puasa di bulan Muharram. (Poto: Umma)

PASUNDANNEWS.COM – Tahun baru Islam 1445 Hijriah umat Islam disunnahkan menjalankan ibadah puasa Muharram.

Puasa ini Rasulullah SAW anjurkan langsung melalui  haditsnya.

Puasa ini sunnahkan mulai tanggal 1 hingga 10 atau 11 Muharram, mengutip NU Online, Kamis (20/7/2023).

Setidaknya, ada lima keutamaan yang bisa diperoleh dari menjalankan ibadah puasa Muharram ini.

Hal tersebut sebagaimana dikatakan Ustadz Ahmad Muntaha.

Pertama, puasa Muharram merupakan puasa paling utama. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW bersabda dalam hadits nya :

“Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Kedua, puasa Muharram juga memiliki keutamaan yang merupakan bulan pertama termasuk ke dalam empat bulan-bulan mulia al-asyhurul hurum (Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah).

Rasulullah menganjurkan untuk berpuasa pada empat bulan mulia tersebut.

Sebagaimana sampaikan dalam sebuah hadits yang riwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah.

“Puasa lah pada bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasa lah pada bulan-bulan mulia.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya).

Ketiga, pahala sehari puasa pada bulan Muharram sama dengan puasa 30 hari. Hal ini sebagaimana hadits riwayat Ibnu Abbas ra, Rasulullah bersabda :

“Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah).

Keempat, khusus hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, puasanya akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadits yang riwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah :

“Sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim).

Menjadi Pelengkap Puasa Asyura

Kelima, puasa pada hari Tasu’a pada 9 Muharram dan puasa 11 Muharram menjadi pelengkap puasa Asyura.

Selanjutnya 10 Muharram sekaligus menjadi pembeda umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura.

Hal ini sebagaimana riwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas ;

“Puasa Lah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasa lah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)

Ustadz Muntaha juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada akhir hayat memang suka membedakan ritual umat Islam dengan umat Yahudi.

Dalam konteks ini, lanjutnya, al-Hafidh Ibnu Hajar mengatakan tingkatan puasa Asyura itu ada tiga : satu, puasa hari Asyura saja.

Dua, puasa Asyura disertai puasa Tasu’a. Tiga, puasa Asyura disertai puasa Tasu’a dan puasa 11 Muharram.

Hal ini sebagaimana terangkan Imam Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bâri Syarhu Shahîhil Bukhâri. (Herdi/PasundanNews.com)