Ekspedisi Suku Anak Dalam Nagari Silago
Agus Ahmad Safei (Antropologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

PASUNDANNEWS – Salah satu hal menyenangkan yang saya lakukan selama berada di Nagari Silago Kecamatan Sembilan Koto Darmasraya adalah memasuki hutan desa. Melacak keberadaan Suku Anak Dalam. Salah satu suku terasing yang hidup secara berpindah-pindah di belantara Sumatera.

Selama ini, Suku Anak Dalam di kenal sebagai suku nomaden yang ada di wilayah hutan Jambi. Ternyata, kini jejak mereka juga bisa di temukan di area rimba Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Dharmasraya yang memang tetanggaan dengan daerah Muaro Bungo Jambi.

Dari Wali Nagari Silago, saya mendapat info kalau dalam beberapa waktu terakhir, sekelompok Suku Anak Dalam tinggal di sekitar hutan pinggiran desa. Bahkan, kata Pak Wali Nagari, beberapa di antara mereka, kerap memasuki desa sambil menenteng senapan angin laras panjang.

Kabarnya pula, tatakala musim pemilu tiba, Wali Nagari Silago sempat akan membuatkan Kartu Keluarga buat mereka agar bisa mencoblos.

Penasaran dengan semua info dari Wali Nagari, juga dari beberapa orang lainnya yang ketemu di pasar desa. saya kemudian mengajak tiga orang pemuda nagari untuk memasuki hutan. Siapa tahu bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga Suku Anak Dalam.

Tak mau buang-buang waktu, dengan berkendara tiga sepeda motor. Saya dan trio pemuda Silago kemudian masuk hutan desa yang masih sangat rimbun dan alami.

Usai memarkirkan sepeda motor, kami kemudian menuju ke suatu titik yang di duga pernah jadi perkemahan Suku Anak Dalam.

Benar saja, kami menemukan bekas perkemahan mereka yang sepertinya belum terlalu lama mereka tinggalkan. Ada beberapa tiang dari pohon tempat mereka memasang atap tenda.

Jajanan Kota

Selan itu, di temukan beberapa sisa belulang babi yang masih berserakan di area bekas tenda. Dan, yang agak mengejutkan, di sekitar bekas tungku api yang mereka buat, kami juga menemukan beberapa plastik sisa bungkus kopi dan makanan ringan yang biasa di jual di warung-warung dan toko.

Rupanya, mereka juga sudah mengkonsumsi jajanan orang kota yang mereka beli dari uang yang mereka dapatkan setelah menjual hasil tangkapan.

Pada akhirnya, saya memang gagal bertemu dengan Suku Anak Dalam. Tapi saya tahu, ini salah satu perjalanan kebudayaan terpenting yang pernah saya lakukan.