Bandung, Pasundannews – Permasalahan Palestina dan Israel kembali memanas dan menjadi perbincangan utama dalam kurun waktu satu bulan terakhir.
Menyikapi hal itu, Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam HMI Cabang Kabupaten Bandung (LDMI CAKABA) mengadakan Webinar Nasional. Acara tersebut mengusung tema “Dampak terhadap Ekonomi dan Politik Internasional Serta Peran Indonesia dalam Penyelesaiannya.” Acara berlangsung pada Minggu, (6/6/2021) sore melalui Zoom.
Acara berlangsung dengan sangat menarik dan di ikuti oleh berbagai kalangan selain dari mahasiswa juga para penggiat kajian dan siswa SMA.
Adapun acara webinar tersebut menghadirkan pemateri nasional sekaligus pakar dalam bidang masing-masing. Salah satunya Tia Mariatul Kibtiah, Alumni HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung.
Menurut Tia Mariatul Kibtiah, dosen Hubungan Internasional BINUS Univesity dan pengamat kajian timur tengah. Indonesia seharusnya memiliki peran yang lebih strategis dalam penanganan konflik Palestina-Israel. Hal itu karena posisi daya tawar dan kekuatan diplomatis Indonesia.
“Selama ini Indonesia bersikap hanya dengan menyatakan sikap saja. Padahal Indonesia bisa lebih dari itu. Kalau memang mau berjuang untuk Palestina dengan hanya teriak di dalam negeri kita tidak akan berhasil,” jelasnya.
“Bu Retno konferensi pers terkait sikap Indonesia ga merubah apa-apa, Jokowi teriak di media juga tidak akan mengubah apapun. Karena konflik Israel-Palestina bukan konflik agama, melainkan lebih dari sekedar konflik agama,” lanjutnya.
Peran Indonesia di Konflik Israel Palestina
Selain dari itu, acara tersebut juga di hadiri oleh Bintang Hidayanto, Deputi Staff Khusus Presiden Bidang Kajian Strategis. Dalam materinya, Bintang membahas konflik Israel Palestina dari sudut pandang hukum internasional dan politik.
“Indonesia sebagai negara muslim terbesar di Dunia di harapkan mampu memainkan perannya. Ketika kepedulian negara-negara timur tengah terhadap konflik Palestina-Israel yang semakin menurun. Peran Indonesia sebagai negara besar seharusnya bisa lebih aktif dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.” jelas Bintang.
Dalam acara tersebut, baik Bintang ataupun Teh Tia sama-sama mengajak kepada para peserta dan kader HMI untuk meningkatkan pengetahuannya terkait apa yang terjadi dengan Konflik Palestina-Israel.
“Konflik Israel dan Palestina bukanlah sebagai konflik agama. Kita harus memandang bahwa konflik Israel dan Palestina sebagai krisis kemanusiaan. Narasi Konflik Israel dan Palestina oleh beberapa pihak tetap di pertahankan dan di gaungkan sebagai konflik agama,” jelasnya.
“Di karenakan mereka mendapatkan banyak keuntungan dari itu. Oleh sebab itu, kita harus semakin banyak membaca, berdiskusi dan membuka mata terhadap apa yang terjadi di Israel dan Palestina. Sekaligus memahami bagaimana geopolitik timur tengah, dan apa imbasnya buat Indonesia,” tutupnya.
*Agus*