Muhamad Iqbal Alfarizi Panji Herdiana, Direktur LKMI HMI Cabang Tasikmalaya. (foto: Istimewa)

Oleh: Muhamad Iqbal Alfarizi Panji Herdiana

PASUNDANNEWS.COM, – Sejak awal terjadinya penyakit yang diakibatkan viris corona di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok hingga menjadi pandemic di seluruh dunia, wabah coronavirus yang disebut juga Covid-19 ini telah menimbulkan banyak polemic pada masyarakat dunia khususnya Indonesia. Sejauh ini di Indonesia, kasus yang ditemukan pertamakali di depok hingga sekarang sudah mencapai 34 kasus dengan 1 kasus kematian dan 2 dinyatakan sembuh.

Polemik yang terjadi di masyarakat utamanya adalah dari aspek psikologis. Permasalahan yang menjadi momok utama adalah fenomena over protectif masyarakat terhadap kondisi kesehatannya seiring dengan perkembangan kasus Covid-19 meningkat, terutama masyarakat perkotaan seperti Kota Tasikmalaya dengan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi di berbagai tatanan dan sektor seperti pasar, industri, supermarket, taman kota, bahkan lingkungan pendidikan dan perkantoran sekalipun.

Selain Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Ditengah kondisi seperti ini, alat untuk tindakan pencegahan seperti masker, yang biasa masyarakat dapatkan dengan mudah, kini menjadi sangat sulit ditemukan. Bagaimana masyarakat akan terjamin untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang baik? jika alat pencegahan yang mendasar seperti masker jarang sekali ditemukan bahkan sebagian apotik tidak memiliki stok sama sekali. Ini akan berdampak pada stabilitas kesehatan masyarakat. Masyarakat yang sembuh selalu ingin menjaga dan meningkatkan kesehatannya, begitupun dengan masyarakat yang sakit ingin menggunakan agar tidak menularkan penyakit pada lingkungan sekitanya.

Jangan sampai di Kota Tasikmalaya terjadi seperti di banyak berita beredar. Pada media elektronik berbagai fenomena tentang masker ini sangat memilukan, ada yang mencoba mengekspor ke luar negeri, ada yang menimbun, ada yang menaikkan harga, Padahal negeri ini sedang membutuhkan stok masker karena tidak cukup. Ironis sekali dengan fenomena seperti ini. Masih ada yang memanfaatkan keadaan dalam situasi darurat global seperti ini sebagai ‘aji mumpung’ dengan menguntungkan pribadi.

Kota Tasikmalaya sebagai pusat priangan timur sebaiknya menjadi contoh dalam upaya preventif di masyarakat, kota dengan geliat pertumbuhan industri yang setiap tahun meningkat, alangkah baiknya memberikan rasa nyaman dan tenang pada masyarakat serta tidak melakukan tindakan yang gegabah dalam menyikapi fenomena Covid-19 ini agar semua elemen dapat melaksanakan rutinitas dengan baik sebagaimana mestinya.

Dengan adanya Imbauan WHO sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) yang berlaku global ini, Manajemen logistik kesehatan di Kota Tasikmalaya harus di tingkatkan, dengan upaya memastikan ketersediaan alat-alat kelengkapan untuk pencegahan yang sesuai dengan standar. Contohnya masker bedah atau sering disebut masker sekali pakai. Karena jenis masker bedah dengan masker kain itu berbeda pada kegunaanya, Masker kain tidak memiliki kemampuan yang efektif seperti masker bedah, dimana masker bedah bagian dalamnya memiliki kemampuan untuk menyerap cairan droplet yang keluar dari hidung dan mulut dan bagian luarnya memiliki kelebihan anti air sehingga tidak mudah menyerap kedalam yang berakibat pada penularan.

Hal ini bukan hanya dirasakan masyarakat umum, tetapi juga para mahasiswa yang sering praktikum di laboratorium sangat membutuhkan dan kawan kawan tenaga medis yang lain pun berbicara pada saya, bahwa sekarang ketersediaan masker di tasik itu minim dan cenderung harganya naik.

Saya harap pemenuhan kebutuhan dasar di masyarakat, dalam kondisi serta situasi krisis seperti saat ini, pemerintah Kota mampu untuk ikut andil demi terciptanya derajat kesehatan masyarakat Kota Tasikmalaya yang lebih baik.

*) Direktur Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) HMI Cabang Tasikmalaya