BERITA BANJAR, PASUNDANNEWS.COM – Pengamat politik di Kota Banjar, Dr. Asep Mulyana, mengungkapkan bahwa peta politik Banjar saat ini unik, tanpa kekuatan politik yang menonjol.
Menurutnya, situasi ini menciptakan ketidakpastian koalisi politik menjelang pemilihan walikota (Pilwakot), namun juga membuka akses politik untuk lebih banyak aktor.
“Di satu sisi situasi ini membuat ketidakpastian koalisi politik jelang pilwakot, namun di sisi lain situasi ini justru dapat menjadi momentum transformasi politik di mana akses politik menjadi terbuka untuk lebih banyak aktor,” ujar pria yang kerap dipanggil Bah Asmul kepada pasundannews.com, Sabtu (20/4/2024).
Bah Asmul menambahkan, Pilwakot Banjar akan menjadi lebih menarik dan dinamis karena kekuatan politik tersebar merata tanpa dominasi patron politik.
Ia juga menyatakan bahwa terpilihnya aktor-aktor politik yang mumpuni dan berintegritas menjadi sangat mungkin dalam konteks Pilwakot Banjar yang bersifat mikro dan lokal.
“Dalam situasi ini, eksperimen-eksperimen politik untuk menggerakkan politik profetik (kenabian) yang berkeadaban (madani) dan mengedepankan kompetensi, dedikasi, serta integritas, alih-alih politik uang, menjadi sangat terbuka,” ujar pria yang pernah menjadi Tim Perumus Debat Calon Walikota Banjar tahun 2018 itu.
Potensi Penurunan politik Uang dan Vote Buying di Pilwakot Banjar
Doktor Ilmu Politik UGM itu menyoroti potensi penurunan politik uang dan vote buying dalam Pilwakot Banjar yang bersifat mikro dan lokal, berbeda dengan Pilpres dan Pileg 2024 yang marak dengan praktik tersebut.
“Politik uang dan vote buying yang marak pada Pilpres dan Pileg 2024 boleh jadi menjadi tidak relevan dalam konteks pemilihan Walikota Banjar yang bersifat mikro dan lokal,” ungkap Bah Asmul yang pernah belajar Demokrasi Sosial di University of Oslo, Norwegia, itu.
Bah Asmul juga menekankan bahwa mesin partai mungkin tidak akan efektif di Banjar karena pasangan calon dapat langsung berinteraksi dengan pemilih tanpa intervensi partai politik atau organisasi massa (ormas).
Dia menambahkan bahwa dalam konteks wilayah kecil Banjar, kualitas pribadi figur calon, kedekatan emosional dengan warga, dan jejaring sosial akan menjadi faktor penentu kemenangan dalam Pilwakot.
Dengan demikian, dinamika politik Banjar menuju Pilwakot akan dipenuhi dengan eksperimen politik yang mengedepankan kompetensi, dedikasi, dan integritas, alih-alih politik uang. Hal ini menciptakan suasana politik yang lebih terbuka dan berpotensi mewujudkan aspirasi rakyat secara lebih efektif.
(Hermanto/PasundanNews.com)