Bendera Himpunan Mahasiswa Islam (poto: Mudanews)
PASUNDANNEWS.COM – Sejak kelahirannya pada 5 februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah di kenal sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia. Tepat 5 Februari 2021 usia HMI sudah meranjak 74 tahun. lalu bagaimana perjalanan terbantuknya organisasi ini.
Simak sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam berikut:
Sejarah Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam
Nama yang sangat populer dikalangan HMI yaitu Lafran Pane sebagai inisiator berdrinya HMI. Pada hari Rabu Pon, 14 Rabiulawal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947 M pukul 16.00 WIB.
Lafran Pane mendeklarasikan berdirinya organisasi mahasiswa Islam dengan memanfaatkan jam perkuliahan Prof. Husein Yahya dihadapan 20 mahasiswa lainnya diantaranya Kartono, Dahlan Husein, Anton Timur Djaelani, Yusdi Ghozali dll.
Acara deklarasi tersebut bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam/STI (sekarang UII), Jl. Setyodiningratan 30 (Sekarang P. Senopati 30).
Berawal dari tempat itulah HMI berdiri dengan deklarasi singkat oleh Lafran Pane sebagai berikut ini:
“Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi mahasiswa Islam, karena seluruh persiapan maupun perlengkapan yang diperlukan sudah siap”.
Sejak berdirinya, HMI mengidentifikasi dirinya sebagai organisasi independen yang berbasis kemahasiswaan dengan mengutamakan kebebasan berpikir dan bertindak sesuai hati nurani masing-masing.
Prinsip dan komitmen pada perjuangan Islam dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 101 idealisme yang selalu dipegang teguh dan utuh oleh para kader HMI, hal tersebut disebutkan secara padat dalam tujuan awal pembentukan HMI yaitu (1) mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, (2) menegakkan dan mengembangkan Agama Islam.
Tujuan tersebut dikembangkan menjadi lebih universal yaitu pada bab 3 pasal 4 anggaran dasar HMI yang berbunyi ”terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
Wata’ala”.
Selain hal tersebut, ada yang melatarbelakangi berdirinya HMI. Setelah menelisik lebih jauh, ada 3 faktor yang dijadikan sebagai alasan didirikannya organisasi mahasiswa berbasis Islam tersebut yaitu; Pertama, situasi kebangsaan terdiri dari 2 yaitu internal dan eksternal. Internal ditandai dengan kehadiran Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dengan terang-terangan ingin mengganti ideologi pancasila menjadi ideologi komunis.
Sedangkan eskternal ditandai dengan ancaman dan agresi militer belanda II pada kisaran tahun 1948. Pergolakan umat islam di tanah air juga menjadi tanda kelahiran HMI dimana pada fase tersebut tepat pasca kemerdekaan Republik Indonesia organisasi bernafaskan Islam muncul dengan kepentingan yang berbeda-beda, terutama golongan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah yang berselisih paham. Oleh karena itu, masyarakat menjadi bingung memilih aliran yang paling tepat.
Situasi kampus dan kemahasiswaan di Indonesia khususnya di Yogyakarta ditandai dengan menyebarnya virus-virus sosialisme dan komunisme di kalangan masyarakat dan mahasiswa. Sehingga pada perjalanannya HMI berhasil membentuk beberapa cabang di Indonesia.
Peran Kader HMI
Peran Kader HMI tidak terlepas dari semangat perubahan yang terpendam dalam diri setiap kader. Semangat tersebut diperoleh dari proses perkaderan yang dilakukan oleh HMI cabang-cabang se-Indonesia, seperti Basic Training, Intermediate Training, dan Advanced Training.
Kader merupakan nafas dan ujung tombak perjuangan HMI. Tanpa kader, HMI bukanlah siapa-siapa. Oleh sebab itu, cabang manapun harus menjaga agar proses kaderisasi itu agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Setiap kader yang telah melewati tahapan pelatihan di HMI
diberi tugas dan tanggungjawab agar selalu menghidupkan budaya ilmiah di kampus masing-masing.
Peran tersebut tentu tidak mudah dilakukan oleh seorang kader, tetapi bekal semangat dan dorongan senior-seniornya, kader tersebut mampu mengambil bagian dalam berbagai dinamika di dalam maupun diluar kampus.
terlepas dari itu peran perkaderan HMI juga berfungsi membentuk kader itu sendiri. Sebagaimana di jelaskan Zubaeri dalam tulisannya berjudul: HMI (pemikiran dan gerakan intelektual) bahwa makna pengkaderan HMI adalah menyadarkan kadernya agar mampu menjadi dirinya sendiri (capacity building) yang memadai sebagai bekal hidup dan fungsi kekhalifaan di muka bumi, yaitu penjaga keseimbangan antara mikrokosmos dengan makrokosmos hingga terciptanya dinamisasi hubungan yang saling membutuhkan tetapi tidak saling menguasai.
Artikulli paraprakBerikut Keistimewaan Do’a dan Amalan Sunnah Hari Jum’at
Artikulli tjetërPrihal Upaya Kudeta AHY, Demokrat Jabar Pastikan Tak Terima Uang