PROVINSI Sumatera Utara secara geografis memiliki posisi yang strategis karena berada di jalur pelayaran nasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan posisi strategis itu, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bisa dikembangkan menjadi daerah hubungan internasional, yang selanjutnya akan ikut menggerakkan perekonomian di wilayah-wilayah lain di pulau Sumatera.
Jika dilihat dari jalur laut, posisi itu didukung dengan hadirnya pelabuhan yang bertaraf Internasional, sejauh ini kita masih mengenal Belawan menjadi pelabuhan bertaraf Internasional yang ada di Sumut. Namun dalam waktu dekat, Sumut juga akan memiliki pelabuhan baru dan ditargetkan akan menjadi yang terbesar di Sumatera yakni pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara.
Dilihat dari sektor udara, Sumatera Utara juga telah memiliki bandara bertaraf Internasional yakni Bandara Internasional Kualanamu (KNIA).
Bandara ini adalah bandara yang menggantikan bandara Polonia yang saat ini sudah difungsikan sebagai landasan udara pesawat pesawat TNI Angkatan Udara. Bukan hanya sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia, KNIA juga menjadi bandara pertama yang terhubung langsung dengan jalur kereta api.
Danau Toba yang mengelilingi 7 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara juga menjadi salah satu penggerak ekonomi Sumatera Utara. Sebagai tempat wisata Internasional, Dana Toba yang juga merupakan Danau Terbesar di Asia Tenggara ini mampu untuk menarik wisatawan domestik maupun internasional untuk datang ke Sumut.
Di sisi lainnya, Sumatera Utara juga telah memiliki daerah kawasan ekonomi khusus yang terletak di Sei Mangke Kabupaten Simalungun. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012 dan merupakan KEK pertama di Indonesia yang telah diresmikan beroperasi oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015.
Pusat Maritim
Presiden Jokowi menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 (lima) pilar utama, yaitu: (1) Membangun kembali budaya maritim Indonesia. (2) Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama. (3) Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritime. (4) Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan. (5) Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim. Sehingga sumatera utara harus mempersiapkan diri untuk menyambut isu maritime ini sehingga nantinya sumatera bermatabat akan benar-benar terjadi.
Pada tulisan sebelumnya yang di publish beberapa media online, saya menjelaskan bahwa Sumut memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi poros Maritim dunia. Seperti data yang dirilis dinas kelautan dan perikanan Sumut, beberapa wilayah kabupaten/kota di Sumut juga berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia. Wilayah-wilayah itu yakni Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias selatan.
Selain itu ada beberapa wilayah di Sumatera Utara yang juga berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Wilayah-wilayah itu yakni Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara dan Kota Tanjung Balai.
Wilayah-wilayah diatas memiliki banyak sekali potensi kemaritiman. Potensi Pengembangan pada wilayah pantai barat adalah penangkapan ikan, pengolahan ikan. Budidaya Laut yang terdiri dari Rumput Laut, Kerapu dan kakap, Budidaya tawar yang terdiri dari mas, nila, Lele, Patin, Gurame, Tawes dan Nilam. Budidaya Tambak yang terdiri dari Udang Vaname, Udang Windu, Kerapu, Kakap, Bandeng. Sedangkan pada pantai timur yaitu penangkapan ikan, pengolahan ikan. Budidaya Laut yang terdiri dari kerapu, kakap, dan kerang hijau, Budidaya Tawar yaitu Mas, Nila, Lele, Patin, Gurame, Grass carp, Lobster air tawar, Bawal tawar dan Ikan hias, Budidaya Tambak yaitu Rumput Laut, Udang Vaname, Udang Windu, Kerapu, Kakap, Bandeng, sedangkan Budidaya perairan umum yaitu Mas, Nila.
Potensi potensi itu nantinya harus didorong dengan hadirnya berbagai infrastruktur pada bidang Kemaritiman, baik itu pelabuhan maupun kapal-kapal yang sesuai dengan standart. Selain itu juga diperlukan sumber daya manusia yang memadai pula, untuk itu berbagai instansi pendidikan harus disiapkan untuk mempersiapkan cita cita Sumut sebagai pusat Maritim dunia dapat terealisasi.
Daerah Aerotropolis
John D Kasarda mengembangkan konsep aerotropolis yang sebelumnya dikemukakan oleh Nicholas DeSantis pada tahun 1939, menurut Kasarda pada abad 21 ini peranan bandara telah menjadi penggerak bisnis dan perkotaan. Keuntungan dari hadirnya Aerotropolis yaitu mendorong tumbuhnya industri,menciptakan lapangan pekerjaan baru, menjadi kawasan perbelanjaan/perdagangan yang ramai, memudahkan pertemuan bisnis, menjadi destinasi pariwisata baru, serta memudahkan akses ke tempat usaha komersial.
Pada tulisan berjudul “Kualanamu, Aerotropolis dan Kemajuan Sumatera Utara”, saya sudah menuliskan Bandara yang akrab disebut KNIA itu sejatinya memiliki keunggulan yang bisa dijadikan faktor mendukung dalam menjadikannya daerah aerotropolis. Mulai dari letak secara geografisnya, bandara yang diresmikan pada tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang itu masih banyak sekali memiliki lahan kosong yang siap dikelola dan dikembangkan. Selain itu KNIA yang berada di daerah Indonesia juga dapat dijadikan penghubung antara negara-negara di Asia dengan Australia.
Keberadaan Kereta Api Bandara yang langsung masuk kedalam KNIA juga turut menambah kelayakannya untuk segera naik level, Kereta Api Bandara ini dapat menghubungkan KNIA dengan daerah lain khususnya kota Medan.
Daerah Ekonomi Khusus
Provinsi Sumatera Utara sudah memiliki daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sebagai kawasan industri yang berada di sentra bahan baku berbasis agro dan dekat dengan Selat Malaka, KEK Sei Mangkei juga memiliki bisnis pendukung yaitu logistik dan pariwisata. Dengan total luas lahan sebesar 2.002,7 ha, KEK Sei Mangkei terbuka akan potensi industri lainnya terutama di sektor hilir dengan nilai tambah yang tinggi.
Menurut data yang dimiliki kek.go.id, hingga akhir 2016 aliran investasi pelaku usaha untuk aktivitas industri di KEK Sei Mangkei telah mencapai Rp3,52 triliun dan direncakan menjadi Rp5,52 triliun pada akhir 2017. Saat beroperasi penuh di tahun 2025, KEK ini diproyeksikan dapat menarik total investasi sebesar Rp129 triliun serta memberikan kontribusi pada PDRB sebesar Rp92,1 triliun per tahun.
Ini merupakan sebuah potensi ekonomi yang sangat besar, namun ada beberapa pertanyaan besar bagi kita adalah Pertama, bagaimana kesiapan infrastruktur di sei mangkei serta infrastruktur pendukung, Kedua, bagaimana dampak lingkungan dari hadirnya KEK Sei mangkei, dan yang terakhir sejauh mana dampak dari KEK Sei Mangkei tersebut terhadap perekonomian masyarakat sekitar
Pemeintah harus benar-benar mempesiapkan infrastruktur di KEK Sei Mangkei agar target yang ingin dicapai di tahun 2025 bisa dicapai, infrastruktur pendukung juga harus sangat diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana jalur distribusi dalam pembangunan Sei Mangkei, pemerintah sumut ataupun pengelola KEK Sei Mangkei harus memperhatikan bagaimana integrasi transportasi dari Sei Mangkei melalui udara, darat, dan laut ini dapat dibangun karna jika aksesibilitas dapat tercipta maka perputaran ekonomi akan semakin cepat.
Persoalan kedua adalah persoalan lingkungan pemerintah harus menjamin dengan adanya KEK Sei Mangkei ini tidak merusak lingkungan karna banyak sekali potensi kerusakan alam yang dapat terjadi dikarnakan adanya KEK Sei Mangkei yang sebagian besar digunakan untuk perkebunan sawit, dan karet seperti polusi asap jika terjadi kebakaran, dan juga kekeringan dikarnakan lawan di sei mangkei sangat menyerap air tanah. Sehingga system irigasi yang baik serta pengwasan yang ketat agar tidak terjadi bencana tersebut harus juga menjadi perhatian.
Dan yang terkahir, bagaimana dampak KEK Sei Mangkei terhadap Masyarakat sekitar lebih jauh lagi untuk kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara. Hal ini yang sangat penting hadirnya KEK Sei Mangkei harus mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran di sumatera utara yang menurut BPS terjadi peningkatan terhatadap tingkatan pengangguran terbuka per agustus 2018.
Penutup
Hal hal diatas saya tuliskan sebagai bukti bahwa Sumut memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang pesat, baru tiga hal potensi yang saya utarakan dari banyaknya potensi Sumut. Sebagai pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Utara, saya dengan yakin akan menghibahkan diri untuk turut mendukung program program tersebut agar dapat terealisasi. Hal hal ini tentunya sebagai harapan agar Sumatera Utara semakin baik kedepannya.
Oleh : Alwi Hasbi Silalahi
Ketua Umum HMI Badko SUMUT