Sakola Motekar dari Kabupaten Ciamis yang dipimpin oleh Kang Deni WJ, tampil membawakan kaulinan barudak jaman baheula (permainan anak-anak jaman dulu) di Leuweung Jati, Kampung Siluman, Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat (12/7/2024). Foto/Hermanto.PasundanNews.com

BERITA BANJAR, PASUNDANNEWS.COM – Kaulinan Barudak Zaman Baheula (permainan anak-anak jaman dulu) dari Sakola Motekar Ciamis turut meriahkan acara Hajat Bumi Kawargian Pulo Majeti Kota Banjar, Jumat (12/7/2024).

Acara yang berlangsung di Kampung Siluman, Kelurahan Purwaharja ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak.

Anak-anak beserta para orang tua turut serta dalam acara ini. Mereka tampak antusias mengikuti berbagai permainan tradisional yang syarat dengan makna filosofis dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu permainan tradisonal yang dimainkan adalah ‘Paciwit-ciwit Lutung Nu Di Handap Jadi Ka Luhur’.

Pegiat Sakola Motekar Kabupaten Ciamis Deni WJ, menjelaskan makna dari permainan tersebut.

Menurutnya, makna dari permainan ‘paciwit-ciwit lutung nu di handap jadi ka luhur’ adalah bahwa roda kehidupan selalu berputar.

“Saat ini kita mungkin berada di atas, tapi suatu saat nanti kita bisa berada di bawah, dan yang di bawah bisa naik ke atas. Artinya, jika sedang di atas jangan sombong dan yang di bawah harus sabar,” ujar Deni.

Permainan tradisional seperti ini, lanjut Deni,  bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai pendidikan yang penting untuk disampaikan kepada generasi muda.

“Kaulinan barudak baheula mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan kesabaran. Ini adalah nilai-nilai yang perlu ditanamkan sejak dini,” katanya.

Selain ‘paciwit-ciwit lutung’, warga juga diajak bermain ‘Oray-orayan’, ‘Congklak’, dan yang lainnya.

Setiap permainan membawa pesan moral dan filosofis yang mendalam, mengajarkan anak-anak tentang kerja sama, kejujuran, dan ketekunan.

Para orang tua yang hadir mengapresiasi kegiatan ini. Mereka merasa bahwa permainan tradisional memberikan alternatif hiburan yang edukatif dibandingkan dengan permainan modern yang lebih banyak mengandalkan teknologi.

“Anak-anak jadi lebih mengenal budaya dan tradisi kita, serta belajar banyak nilai kehidupan dari permainan ini,” kata Heri salah satu orang tua.

(Hermanto/PasundanNews.com)