(foto: Ilustrasi/net)

Oleh: Robby Xandria Mustajab *)

PasundanNews, – Luhut Binsar Panjaitan adalah sosok yang belakangan menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Siapa sebenarnya beliau? dan Mengapa gelar ‘Yang Maha Paduka Sri Baduga Sultan Luhut Binsar Al-Pandjaitan, Mangku Subroto, Makan Sangu Saboboko Makan Nasi Sampai Mati, Yang di-Pertuan Jagad Kekaisaran Indonesia Grace of God of The United Nations and His other Realms Territories, Raja segala Raja The Good Father’ bisa disematkan padanya??

Jendral (HOR) (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. yang lahir di Simargala, Huta Namora Silaen, Tiba Samosir, Sumatera Utara, 28 September 1947 tak lain adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia pada masa Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia. Dalam struktur pemerintahan terkesan ‘biasa’ mungkin bagi elite karena jabatannya masih dibawah Presiden, tapi tunggu dulu…Kita lihat perjalanan beliau selama ini.

Mungkin baru belakangan ini mata rakyat benar-benar ‘terbuka’ akan sosok beliau akibat beliau mencabut kebijakan penghentian bus dari Jakarta, dan juga mengoreksi pernyataan Menteri Sekretaris Negara dan Juru Bicara Presiden terkait mudik. Padahal 2 kebijakan ini sangat menentukan nyawa banyak orang, dan Keduanya juga tak terkait dengan bidang kementerian yang diampu beliau. Mungkin sebagian masyarakat juga belum tahu bahwa Bapak Luhut juga yang mengatur kunjungan-kunjungan luar negeri Presiden Jokowi, beliau juga ditunjuk sebagai PJ KAA 2015, dia pula yang menjadi Dirigen Pengelolaan RUU Pengampunan Pajak. Ada kutipan menarik beliau saat diwawancarai Tempo.co pada 2016 lalu. ‘Begitu [Jokowi] menang pilkada, saya bilang [kepadanya], ‘Siap-siaplah jadi calon presiden’. (Saya saat pertama membaca, ‘Waw! Fuck! This Man must be God’)

Coba kita geser sedikit pembicaraan ke masa Jokowi menjadi Gubernur pada saat 2012. Persahabatan Jokowi dan Luhut memang bagai ‘kepompong’, dimulai tahun 2007 saat Luhut meminta anak buahnya mencari mitra PT Adimitra Lestari, anak perusahaan grup Toba miliknya. Anak buah Luhut mendatangkan Jokowi yang adalah teman sekolahnya. Jokowi dan Luhut pun berkongsi mendirikan PT Rakabumi Sejahtera yang 51% sahamnya milik Jokowi dan 49% nya milik Luhut.

Persahabatan mereka bukan faktor utama yang membuat Bapak Luhut seakan menjadi diatas segalanya, tapi bisa jadi faktor pendorong bagi berbagai kebijakan pemerintah yang seakan dapat di ‘cancel’ dengan mudahnya oleh beliau. Ditengah pandemi Global saat ini tentunya kita sama-sama mengharapkan Pemimpin (maksud saya Presiden) yang mengutamakan keselamatan rakyatnya, dengan apa? tentunya kebijakan yang terukur dan membawa banyak keselamatan ‘nyawa’ bukan harta.

Kita juga membutuhkan Menteri-Menteri yang cakap, tidak menganggap remeh Covid-19 dan sembunyi dibalik Juru Bicara yang seringkali kita temui ‘banyak salah ngomong’, apalagi Menteri yang ingin ambil momentum ‘selamatkan’ rekanan kerja korupnya di lapas di saat lembaga KPK sedang dalam keadaan sekarat dibawah komandan barunya. Dilain pihak juga Covid-19 ini juga jangan dijadikan pengalihan isu oleh Anggota Dewan yang terhormat, dimana dalam senyap mereka menancap gas terburu-buru mengesahkan Omnibus Law. Semoga kita semua dalam lindungan Tuhan dari godaan setan yang haus harta dan kekuasaan.

*) Pengurus HMI UPI