BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Gerakan Pramuka Kwarcab Kabupaten Ciamis menggelar panen raya jagung bersama masyarakat Desa Margajaya Kecamatan Sukadana, Selasa (7/2/2023)
Ketua Kwarcab Ciamis, Nanang Permana menerangkan kegiatan ini merupakan panen jagung perdana bersama masyarakat Desa Margajaya Kecamatan Sukadana.
Dengan jumlah luas lahan garapan 8 hektar yang memang dikelola oleh 100 petani di Desa Margajaya.
“Kita melakukan pembinaan kepada masyarakat Desa Margajaya dengan memberikan benih jagung yang diberi nama Mari Sejahterakan Petani (MSP),” katanya.
Menurut Nanang kelebihan dari benih MSP ini yaitu jagungnya bisa ditanam ulang oleh para petani.
Sehingga petani tak lagi harus membeli benih apabila lahannya akan tanami jagung kembali.
“Selain memberikan benih jagung kita juga lakukan edukasi tentang tata cara menanam jagung yang hasilnya lebih baik,” ungkapnya.
Nanang memaparkan, hasil dari panen perdana menggunakan benih MSP, menurut masyarakat sendiri ternyata hasilnya lebih dari biasanya.
Dengan kata lain masyarakat merasa puas dengan apa yang telah Kwarcab Ciamis berikan, selain benih jagung juga memberikan ilmu kepada para petani.
“Ada sedikit kemirisan bagi saya salahsatunya dengan luasnya jumlah garapan masyarakat di sini tidak mempunyai Cultivator atau mesin pertanian yang digunakan untuk pengolahan tanah,” terangnya.
Perhatian Pemda Terhadap Para Petani Harus Lebih Ditingkatkan
Sehingga Nanang berharap, Pemda Ciamis melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, untuk lebih memperhatikan para petani.
“Cobalah lihat mereka jangan sampai memberikan bantuan kepada kelompok saja. Berikanlah bantuan pada masyarakat yang semangat bertani seperti di Desa Margajaya ini,” jelasnya.
Nanang berpesan, dinas terkait bisa langsung datang ke desa tersebut untuk lebih memperhatikan para petani dari segi sarana maupun prasarananya dengan harapan bisa lebih sejahtera.
Sementara itu, Kepala Desa Margajaya, Yusuf Sidik membenarkan bahwa petani di wilayahnya belum mempunyai Cultivator
Alat tersebut untuk membantu para petani dalam menggarap tanahnya sehingga masyarakat masih menggunakan metode konvensional.
“Memang alat Cultivator ini sangan kami butuhkan, karena lahan garapan jagung kita ada seluas 8 hektar,” ungkapnya.
Yusuf juga membeberkan, terkait jagung MSP yang perdana panen hari ini memang ada perbedaa.
Namun untuk mengetahui perbedaannya, petani akan kembali menanam jagung tersebut, sehingga akan terlihat perbedaannya.
Yusuf menambahkan, supaya kebermanfaatannya terasa oleh masyarakat, maka akan menggunakan Jagung Hibrida seperti biasanya sehingga akan terlihat nanti perbedaanya.
Karena masyarakat merasa jagung MSP ini sangat berbeda sekali yang tadinya panen hibrida satu pohon satu bonggol sekarang jagung 1 pohon menjadi 2 atau 3 bonggol. Maka masyarakat tinggal memilih saja,” tandasnya. (Hendri/PasundanNews.com)