Webinar Syiar Cinta ke-8 yang diselenggarakan oleh Khazanah Intelektual Muslim (KHATAM) Institute. Foto/Istimewa

BERITA PANGANDARAN, PASUNDANNEWS.COM – Webinar Syiar Cinta ke-8 yang diselenggarakan oleh Khazanah Intelektual Muslim (KHATAM) Institute pada (27/1/2024) lalu, menjadi panggung bagi tokoh-tokoh agama Indonesia untuk bersatu.

Dialog tersebut bertajuk ‘Sila Kedua Pancasila Dalam Perspektif Agama, Humanity Religion’.

Direktur KHATAM Institute, Andi Arifah mengatakan tema ini dipilih sebagai respons terhadap tragedi kemanusiaan global, khususnya penjajahan dan genosida di Palestina.

Acara yang berlangsung melalui zoom meeting ini mengumpulkan sekitar 400 peserta dari berbagai lapisan masyarakat dan instansi.

Dengan menyajikan dialog mengenai humanisme religion, tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai agama di Indonesia turut hadir.

Tokoh yang dimaksud antara lain termasuk Guru Gembul dan Ir. M. Rusli Malik mewakili Islam, Swami Anand Krisna, Ph.D mewakili Santana Dharma, RM. Dr. Antonius Benny Susetyo mewakili Kristen, Ws. Sugiandi Surya Atmaja, S.Kom, M.Ag mewakili Khonghucu, dan Y.M. Bikkhu Dhammakaro Mahathera mewakili Buddha.

Pada sesi pembukaan, Anwaruddin Ambary dari Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag menjadi keynote speaker dan mengapresiasi kegiatan Syiar Cinta, menyebutnya sebagai harapan besar untuk menciptakan kesatuan dalam perbedaan di Indonesia.

Kemudian, Andi Alpi AM, Dosen Ilmu Tafsir dan Sastra Arab Khatamun Nabiyyin, selaku moderator, menegaskan bahwa acara ini merupakan wadah bagi tokoh agama untuk saling memahami.

“Untuk mendorong kerukunan, dan menghindari pertikaian akibat kesalahpahaman agama,” ujarnya dalam keterangan yang diterima PasundanNews.com, Senin (29/1/2024),

Swami Anand Krisna, Ph.D dari Sanata Dharma, menyoroti pentingnya cinta dalam mengatasi pembatasan manusia.

Ia menekankan perlunya mengajarkan agama kepada anak-anak sejak dini untuk mengapresiasi keberagaman.

Sedangkan, Ws. Sugiandi Surya Atmaja dari Khonghucu menekankan konsep keseimbangan Yin dan Yang, seiring dengan ajaran Konghucu, untuk menciptakan hubungan harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam.

RM. Dr. Antonius Benny Susetyo membahas kehidupan harmonis antara Hindu dan Budha di Indonesia serta mengingatkan pada bahaya mempelajari agama melalui media digital yang bisa menghasilkan pemahaman teks di luar konteks.

Bhikku Dhammakara Mahathere dari agama Budha menyatakan bahwa cinta adalah perwujudan Tuhan dalam Budhis.

Kemudian, Ir. M. Rusli Malik, sebagai perwakilan Islam, menyatakan bahwa Pancasila adalah cinta dan keimanan yang membawa persatuan.

Terakhir, Guru Gembul menekankan bahwa Islam adalah agama cinta dan welas asih yang menghargai perbedaan.

Pemaparan materi ditutup dengan sesi tanya jawab dari peserta webinar, menciptakan harapan bahwa dialog seperti ini dapat lebih sering terjadi di ruang publik.

“Guna saling mengenal dan menghargai perbedaan dalam negara majemuk seperti Indonesia,” pungkasnya.(Saefullah/PasundanNews.com)