Ari Muhammad Syafari, Kader HMI Cabang Kabupaten Bandung. (foto: Istimewa)

Oleh: Ari Muhammad Syafari (Kader HMI Cabang Kabupaten Bandung)

PASUNDANNEWS.COM – Berawal dari sejarah perang dunia ke-2 yang mengakibatkan kematian sekitar 55 juta manusia di seluruh dunia. Dimana pihak yang terlibat dari perang dunia ke-2 ini yakni Sekutu dan Poros. Ketika melihat sejarah tersebut tentunya menjadi catatan yang cacat bagi dunia. Tentunya menjadi sebuah refleksi bagi dunia hari ini untuk berkomitmen mengantisipasi terjadinya peperangan antar negara.

Akhir-akhir ini dunia internasional dihebohkan dengan kesenggangan kembali antara dua negara besar yakni Iran dan Amerika Serikat.

Hal itulah yang menjadi perhatian dunia saat ini, karena yang dikhawatirkan akan terjadinya perang antara dua negara tersebut

Mengutip Mirror, salah satu televisi nasional Iran yang dimana konten nya mengatakan bahwa membuka sayembara berhadiah US$ 80 Juta (Rp. 1,11 triliun) bagi siapa saja yang berhasil membawa kepala presiden AS Donald Trump.

“Iran memiliki 80 juta penduduk. Dengan polulasi tersebut, kami ingin memberikan hadiah US$ 80 Juta (Rp. 1,11 triliun) bagi orang yang mampu mendapatkan kepala Presiden Trump,” demikian bunyi pengumuman sayembaranya.

Hadiah ini akan datang dari donasi rakyat Iran, masing-masing orang menyumbang US$ 1. Namun sayembara ini bukan bikinan pemerintah Iran sendiri.

Respon tersebut, karena efek setelah serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan seorang jenderal Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani di wilayah Baghdad, Irak, pekan lalu.

Dalam media sosial terang-terangan melalui akun twitter pada jumat (3/1) yang lalu Donald Trump mencuit, “Soleiman telah membunuh atau melukai ribuan orang amerika Serikat dalam waktu yang lama, dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi”

“Tetapi tertangkap! Dia secara langsung dan tidak langsung bertanggung jawab atas kematian jutaan orang, termasuk sejumlah besar pengunjuk rasa yang terbunuh di Iran,” ujar Trump.

Respon dari dua negara tersebut tentunya akan memicu sebuah konflik besar, dimana ketika dua negara itu perang yang dikhawatirkan, akan timbul politik identitas yang merambat pada negara-negara lain yang dimana perang mengatasnamakan agama. Dimana yang kita ketahui dua negara tersebut secara identitas agama berbeda.

Runcingnya kesenggangan antara dua negara tersebut menjadikan sorotan dunia internasional hari ini, serta sebagian negara yang mayoritas muslim mengecam tindakan keji yang dilakukan oleh amerika serikat.

Tidak terlepas dari Perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyebut negara-negara muslim harus bersatu untuk melindungi diri terhadap ancaman eksternal.

Pertanyaannya sekarang adalah akibat kejadian diatas, apakah sebuah perang besar akan benar-benar terjadi pada 2020? Jawabannya tentu tidak mudah, tak ada orang yang mampu memastikan kejadian yang sama-sama tidak kita inginkan, namun antisipasi terhadap itu harus tetap ada.

Soal Kemanusiaan, Stop Konflik Agama!

Krisis kemanusiaan yang terjadi saat, tentunya tidak terlepas dari sentimen politik agama, kejadian-kejadian yang melanda dunia dikhawatirkan memicu perang agama ke-3, hal ini dapat dilihat dari runtutan sejumlah konflik agama dari waktu kewaktu misal; konflik Uighur, rohingya, palestina dan sekarang muncul kejadian Amerika Serikat membunuh jenderal Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani.

Sekali lagi ini  menjadi kekhawatiran saya bahkan kita semua dalam melihat realitas yang terjadi antara kedua negara tersebut.

Tentunya dalam teks kitab suci agama pun, seyogyanya “tidak banyak bicara tentang diri sendiri, tetapi lebih banyak memberikan informasi tentang manusia dan kemanusiaan yang tentunya tertuang pada kitab suci agamanya masing-masing” Dengan kata lain kepentingan manusia dan kemanusiaan lebih penting dari pada kepentingan pribadi.

“Karena kemaslamatan manusia dan kedamaian dunia adalah tanggung jawab kita semua semua sebagai manusia”

Dengan melihat kejadian yang tak lama terjadi, kita selaku manusia yang masih peduli akan pentingnya kemanusiaan harus tetap berpikir jernih, jangan sampai terpancing dengan isu-isu yang membangkitkan amarah balas dendam.

Kita tahu, peristiwa pembunuhan jenderal Iran menyakitkan seluruh umat muslim, namun ketika kita hanya terpancing untuk membalas dengan kekerasan, itu bukan solusi. Kita tidak tahu peristiwa tersebut, ketika direspon dengan amarah membabi buta akan seperti apa kedepannya? Pastinya akan terjadi perang dimana lebih banyak korban lagi dan ini yang sama-sama kita hindari.

Sejarah pada perang dunia ke-2 yang harus menjadi bacaan dan cerminan bagi kehidupan yang damai bagi dunia dimasa depan. Akibat peristiwa Iran dan Amerika Serikat pasti banyak sikap dan pandangan yang ekstrim. Tentu kita harus bisa meredam itu semua, supaya dunia masih bisa tetap aman dan damai.

Peristiwa ini menjadi sebuah refleksi bagi kita, supaya kita mewaspadai provokasi dan propaganda dunia. Mungkinkah Amerika Serikat membunuh jenderal Iran, kepentingannya hanya membasmi teroris saja? Atau ada motif lain, seperti kepentingan politik ekonomi atau eksistensi Amerika sebagai negara adigdaya?

Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang mampu berpikir jernih harus bisa menahan diri dari konspirasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Sekali lagi ini menyangkut kemanusiaan yang harus kita rawat bersama-sama.