Kolaborasi seni budaya Gamelan Ki Pamanah Rasa dari Sakola Motekar (Ciamis) dan Grup Angklung Silih Asih dari Gereja Santo Philipus dalam acara Muharraman di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Kota Banjar. Foto/PasundanNews.com

BERITA BANJAR, PASUNDANNEWS.COM – Grup musik budaya Ki Pamanah Rasa dan Angklung Silih Asih dari Gereja Santo Philipus tampil memukau di acara Harlah ke 64 Pesantren Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, pada Kamis (18/7) malam.

Meeka tampil tidak hanya memukau penonton dengan keindahan seni dan kekayaan budaya, tapi juga meluruhkan sekat-sekat perbedaan dan prasangka yang kerap memisahkan.

Ketika musik Gamelan dan Angklung berpadu dalam harmoni, terlihat jelas bahwa seni memiliki kekuatan untuk mendekatkan berbagai latar belakang agama dan budaya.

Acara ini menjadi bukti bahwa melalui seni dan budaya, dapat menumbuhkan kohesi dan mengembangkan harmoni sosial.

“Saat Gamelan dan Angklung berpadu dalam harmoni, kita bisa melihat betapa seni memiliki kekuatan untuk mendekatkan berbagai latar belakang agama dan budaya,” ujar Asep Mulyana, salah satu budayawan Kota Banjar kepada pasundannews.com, Sabtu (20/7/2024).

Selain memukau penonton dengan keindahan musik, kolaborasi ini juga menunjukkan bahwa seni bisa menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan.

“Melalui seni dan budaya, kita dapat menumbuhkan kohesi dan mengembangkan harmoni sosial,” tambah Bah Asmul sapaan akrabnya.

Gelaran seni budaya seperti ini menjadi sarana efektif untuk memekarkan rasa kebersamaan dan solidaritas di tengah keberagaman.

Dalam konteks Indonesia yang multikultural, kolaborasi semacam ini sangat baik untuk mendekatkan hubungan antar umat beragama.

Menurutnya, acara ini mengajarkan nilai-nilai toleransi dan menginspirasi masyarakat untuk hidup berdampingan dengan damai.

“Ini adalah contoh nyata bagaimana seni bisa menjadi alat untuk membangun kebersamaan dan solidaritas di tengah keberagaman,” katanya.

(Hermanto/PasundanNews.com)