BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Keterwakilan perempuan di Pilkada Ciamis 2024 untuk menjadi kandidat, masih dipandang sebelah mata oleh elit partai politik.
Hal itu disampaikan Aktivis Kohati HMI Cabang Ciamis, Yovie Yulianti, kepada PasundanNews.com, Rabu (22/5/2024).
Yovie menilai, dari pemberitaan politik di Ciamis belakangan ini, masih menunjukan Pilkada Ciamis yang maskulin.
Ia melihat bahwa di Ciamis belum ada yang merambah pada ketokohan perempuan.
Dinamika isu politik menjelang Pilkada 2024 Ciamis, masih berkisar pada masalah pasangan calon petahana.
Koalisi yang belum rampung dan terikat, seperti menunggu hingga mendekati waktu akhir (injury time).
Mewakili kaum gender Ciamis, Yovie berharap ada keterwakilan perempuan yang maju sebagai Bakal Calon Kepala Daerah maupun Bakal Calon Wakil Kepala Daerah di Pilkada Ciamis 2024, dan direspon oleh elite partai.
Para elite partai politik selaku penentu pasangan calon saat ini terlalu berkalkulasi dengan mempertimbangkan segala kemungkinan untuk meraih kemenangan.
“Akibatnya perempuan mumpuni yang berkualitas belum menjadi daya tarik pimpinan partai politik, untuk calonkan sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah,” kata Ketua Umum KOHATI Tarbiyah, Universitas Islam Darussalam Ciamis Periode 2022-2023 tersebut.
Baca Juga : Menerka Pasangan Pasangan Calon Herdiat Sunarya, Aroma Pilkada di Ciamis Bak PILWADA
Minimnya Keterwakilan Gender dalam Pilkada Ciamis
Yovie melihat nama-nama yang dimunculkan menjelang Pilkada Ciamis 2024 seluruhnya laki-laki.
Tidak ada satupun yang tertarik untuk mempertimbangkan potensi perempuan mumpuni yang dimiliki Ciamis.
Dari inventarisasinya, Yovie menyebut smada beberapa nama perempuan mumpuni yang perlu mendapat perhatian dan layak didorong berhelat di Pilkada Ciamis.
Dari kalangan politisi, ada Ketua DPC PKB Ciamis Ai Ratna Intan Solihah. Sebagai ketua partai dan anggota DPRD Ciamis, Ai memiliki cukup modal politik.
“Bu Ai itu kan ketua partai, dia terpilih kembali jadi anggota DPRD Ciamis. Punya kans yang bagus,” kata Yovie.
Selanjutnya dari kalangan birokrat, Yovie menyodorkan Kepala Pelaksana BPBD Ciamis, Ani Supiani yang akrab disapa Mak Idoel.
Selain memiliki pengalaman di pemerintahan, Mak Idoel juga merupakan puteri Mantan Bupati Ciamis (alm) H. Dedi Sobandi. Ada trah pemimpin.
“Saya menghimpun informasi tentang beliau, Mak Idoel ternyata memiliki trah pemimpin dari ayahnya yang pernah menjadi Bupati Ciamis,” kata Yovie.
Sebagai warga yang berkampung halaman di Banjarsari, Mak Idoel kata dia menjadi representasi masyarakat Ciamis Selatan.
“Ibaratnya, dialah Ratu Kawasen, yang mewakili Ciamis Selatan dan layak dihitung untuk didorong mencalonkan di Pilkada 2024,” ujar Yovie.
Selama dia mengemban tugas di birokrasi, dia terkenal sebagai pimpinan yang cekatan, trengginas, cepat tanggap, merakyat, dan berani tampil apa adanya.
“Itulah informasi yang saya terima tentang Mak Idoel. Sosok seperti itulah yang menurut saya sangat bisa menjadi kandidat alternative,” ujarnya.
Representasi Perempuan untuk Pembangunan Ciamis Lebih Baik
Figur perempuan mumpuni yang ketiga yaitu, mantan Ketua Kohati BADKO HMI Jabar dan Sekjen Kohati PB HMI 2010-2012, Eulis Sri Rosyidatul Bariyah.
“Ayunda Eulis punya kans di kalangan pemuda dan mahasiswa. Memiliki wawasan sosial politik dan pengalaman organisasi dari tingkat daerah sampai tingkat nasional, ide dan gagasannya akan bermanfaat untuk Ciamis,” kata Yovie.
Terakhir, lanjut Yovie, dari kalangan professional ada nama Vera Fillinda Agustiana.
Vera termasuk dari salah satu tokoh perempuan di Ciamis. Ia juga merupakan Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Ciamis.
“Beliau seorang pengacara, punya riwayat sebagai Mojang Ciamis, pernah jadi caleg, aktif berorganisasi juga, banyak potensi beliau yang menginspirasi,” tutur Yovie.
Ia meyakini keempat perempuan yang disebut tadi, sudah dikenal di daerahnya masing-masing. Saatnya mereka mendapatkan panggung di Pilkada 2024.
Sehingga keterwakilan perempuan dalam politik dan pengambil keputusan dapat terwujud di Ciamis dan meningkat secara nasional.
“Karena semakin banyak perempuan jadi kepala atau wakil kepala daerah, akan mempercepat terwujudnya kesejahteraan yang ber-kesetaraan,” kata Yovie.
Kendati demikian Yovie mengatakan tantangan untuk mendorong perempuan menjadi alternative calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah sangat berat.
“Karena partai lebih mementingkan popularitas dan elektabilitas, kalaupun perempuan terakomodir bukan karena alasan ideologi, tetapi karena faktor popularitas dan elektabilitas yang dimiliki tokoh perempuan itu,” tandas Yovie.
(Hendri/PasundanNews.com)