BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAID Ciamis, Haqibul Mujib sampaikan pentingnya makna mudik saat lebaran.
Menurutnya, tradisi mudik ini selalu menghadirkan cerita unik dan kegiatan-kegiatan yang seru.
“Mudik di Indonesia telah menjadi fenomena besar yang mengakar dan memiliki nilai multidimensi,” ujarnya kepada PasundanNews.com, Jumat (21/4/2023).
Selain itu, katanya, mengutip Prof. Dr. Ibnu Hamad, M.Si, istilah ‘mudik’ berasal dari kata ‘udik’ yang berarti kampung.
Mudik juga diartikan sebagai aktivitas pulang ke kampung halaman.
Salah satu keunikan saat Lebaran yang mungkin saja negara lain tidak miliki adalah tradisi mudik alias pulang ke kota kelahiran alias kampung halaman,” paparnya.
Mudik Lebaran Berdampak kepada Ekonomi Nasional
Mujib mengatakan, dari sisi ekonomi, sekurangnya ada tiga esensi ekonomi dari tradisi mudik Lebaran yang berlanjut ke aktivitas ‘balik’ merantau ke kota.
“Peran pemerintah mengelola tradisi mudik secara baik akan memberi manfaat besar terhadap ekonomi nasional,” imbuhnya.
Pertama, kata Mujib, aktivitas mudik (termasuk arus balik) akan menciptakan perputaran uang yang begitu besar dan cepat (velocity of money).
“Berkaca pada tahun sebelum Covid-19, tercatat uang puluhan triliun rupiah berpindah tangan dari kota ke kota, dari kota ke desa-desa dan perkampungan kecil,” terang Mujib.
Tentu, secara agregat, nilai uang ini bukan hanya berbentuk cash.
Nmun juga bisa berbentuk elektronik, pakaian, bahan makanan, minuman, dan berbagai barang kebutuhan lainnya.
Mujib menuturkan, jika tahun 2012 menjadi gambaran yaitu 16 juta orang melaksanakan mudik dengan rata-rata per keluarga membawa uang 10 juta.
“Berarti telah terjadi transfer uang ke daerah paling sedikit 100 Triliun,” jelasnya.
Tahun 2023 terjadi kenaikan yang sangat besar, jumlah pemudik perkirakan sebanyak 123,8 juta.
“Sudah bisa diprediksi perputaran uang yang beredar ke daerah, atau ke kampung tentu sangat besar,” ungkapnya.
Kedua, tradisi mudik juga berpengaruh positif pada keberadaan infrastruktur.
Tak jarang, datangnya aktivitas mudik mengharuskan pemerintah memperbaiki dan menambah kondisi infrastruktur yang ada.
Mulai dari pembangunan jalan darat, rel kereta api, jembatan, bandar udara, hingga pelabuhan laut.
Hal ini tentu positif untuk sektor infrastruktur itu sendiri maupun sisi ketepatan penyerapan anggaran.
Ketiga, aktivitas mudik Lebaran juga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yakni melalui peningkatan konsumsi.
Hal itu terjadi karena begitu besarnya volume pemudik yang mencapai puluhan juta orang.
“Sehingga nilai konsumsi agregat yang hasilkan pun akan sangat besar, mencapai ratusan triliun rupiah,” jelas Mujib.
Mudik Lebaran sebagai Nilai Leburan dan Luberan Nilai
Pada hakikatnya, mudik lebaran tetap mempunyai pengaruh positif, baik bagi pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional.
“Apalagi, bila dikelola secara lebih baik, niscaya potensi manfaat dan nilai tambah tradisi mudik ini akan jauh lebih besar dari selama ini,” ungkapnya.
Dari dampak ekonomi yang ditimbulkan, Lebaran tak hanya berarti ‘leburan’ atau saling memaafkan, tetapi juga bisa bermakna ‘luberan’.
“Artinya, karena berkelebihan maka dapat berbagi ke sanak saudara yang lain, membagikan uang atau terjadi distribusi pendapatan,” tandas Mujib.(Herdi/PasundanNews.com)