Tanpa Jembatan. Akses jalan ribuan warga terputus akibat air meluap. (foto: Istimewa)

PASUNDANNEWS.COM, CIANJUR – Pasca hujan deras turun, kondisi Sungai/Kali Gonggang meluap, dan mengakibatkan aktivitas ribuan warga Desa Neglasari, Mulyasari, dan Bunisari Kecamatan Agrabinta terhambat. Biasanya warga memaksakan diri menyebrangi sungai tersebut, lantaran belum adanya jembatan namun kini air sungai meluap aktivitas warga lumpuh.

Kepala Desa Neglasari Kecamatan Agrabinta, Nasihin menjelaskan sudah puluhan tahun masyarakat Desa Neglasari, Mulyasari, dan Bunisari, di Kecamatan Agrabinta yang terhubung dengan satu ruas jalan, harus mengalah dengan kondisi alam. Jalan utama yang menghubungkan ke tiga desa kini tertutup aliran sungai yang semakin deras saat hujan turun akhir-akhir ini.

“Saat hujam deras seperti sekarang jalan penghubung warga tak bisa dilintasi, otomatis akses warga lumpuh. Akhirnya berdampak banyak terutama bagi proses pendidikan, kesehatan, dan perekonomian warga,” paparnya saat dihubungi, Kamis, (09/01/2020).

Diakuinya bentangan jalan yang biasa disebrangi warga sekitar 14 meter. Biasanya para siswa SDN Cikahuripan, SDN Cikole, Mts Leles, SMP Leles SMA Leles, hingga ke Pesantren Al-Maun Gelartanghi melintasi jalan ini. Namun kini para siswa terpaksa tak sekolah karena akses jalannya terputus.

“Tak hanya ke sekolah warga di tiga desa ini, jika ingin ke Pasar Leles harus melintasi Sungai Gonggang, jadi aktivitas perekonomian warga terputus,” lanjutnya.

Sebagai kepala desa, Nasihin juga mengkhawatirkan jika ada warga yang sakit atau hendak melahirkan. Pasalnya, benar-benar tidak ada jalur aman yang bisa dilalui pada keadaan darurat sekalipun. Pihaknya mengharapkan pemerintah pusat bisa merealisasikan jembatan beton sungai/kali Gonggang dengan gantangan 14 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 10 meter, karena jika dianggarkan dari dana desa tidak cukup untuk mengcovernya.

“Desa Neglasari uang Dana Desa setiap tahun digunakan untuk memberbaiki jalan Desa dan pemerdayaaan hasil kesepakatan musawarah desa. Jadi jika dihitung besarannya, tidak akan cukup untuk membuat jembatan penghubung tiga desa di Agrabinta, sehingga diharapkan adanya bantuan pemerintah kabupaten atau pusat membuat jembatan tersebut,” ungkapnya.

Nasihin bahkan mengaku sudah sering mengajukan pembangunan jembatan di lokasi tersebut namun belum ada jawaban pemerintah. Diharapkan pemerintah bisa membangun sebuah jembatan gantung dengan material yang kokoh sehingga tidak mudah rusak.

“Selama ini warga hanya bertahan dengan jembatan bambu sederhana. Jembatan itu pun, diketaui hanya bisa digunakan sebentar karena pasti hancur kembali oleh arus sungai, tidak ada sama sekali jembatan penghubung yang bisa digunakan, saat aliran sungai meluap menutup jalan. Selama ini, warga hanya bisa melintas ketika air surut meskipun jalan tidak sepenuhnya kering, kondisi itu sangat memprihatinkan,” jelasnya.

Sebenarnya tidak hanya satu sungai yang membutuhkan jembatan. Menurut dia, setidaknya ada lima titik sungai lain yang juga memerlukan jembatan agar dapat dilalui. Di antaranya, Sungai Kaliciakak, Gonggang, Bojonghuni, Cigenuk, dan Cikahuripan.

“Kami selalu memohon bantuan kepada pihak terkait, supaya dibantu. Tapi, mungkin, karena Neglasari ini terlalu besar, terlalu jauh, dan terbatasnya anggaran makanya belum juga ada bantuan yang masuk,” tukasnya. (Pasundannews/fhn)