PASUNDANNEWS.COM, CIANJUR – Saat ini Partai Golkar sedang melaksanakan Rapimnas pada tanggal 14-15 November yang bertempat di Hotel Ritz Carlton Jakarta yang di hadiri oleh pengurus DPP Partai Golkar, Ketua DPD 1, dan Ormas beserta sayap partai yang mendirikan dan didirikan partai, pada kesempatan Rapimnas seluruh ketua DPD 1 menyatakan dukungan kepada Airlangga Hartarto untuk kembali memimpin Golkar untuk 5 tahun ke depan.
“Penyampaian dukungan kepada Airlangga Hartarto pada forum Rapimnas oleh para ketua DPD 1 dan pemilik suara memang sudah dapat di tebak ” Ujar Firman Mulyadi, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kebijakan Publik.
Firman mengatakan, skema ini pernah di lakukan pada Munas sebelunya, saat menjelang Munas ketika Aburizal Bakrie terpilih secara aklamasi pada Munas Bali 2014-2019, ketika itu para ketua DPD 1 dan pemilik suara lainnya menyampaikan dukungan nya di forum Rapimnas, sehingga pada Munas hanya penegasan dukungan para ketua DPD 1 yang membawa seluruh ketua DPD II menyatakan dukungan pada forum terbuka sehingga ketika itu ARB terpilih secara Aklamasi pada Munas Bali 2014-2019. Pihak-pihak yang merasa tidak puas kemudian melaksanakan Munas tandingan yang di motori oleh Agung Laksono, Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita yang bertempat di Ancol yang menghasilkan Agung Laksono sebagai Ketua Umum Golkar versi Munas Ancol sedangkan ARB Ketua Umum Golkar versi Munas Bali.
“Saya memprediksi apabila aklamasi dipaksakan, maka sejarah Golkar Pecah dapat terulang, karena ketika itu juga ada kandidat lain selain dari Pak Ical, namun Pak Ical terpilih secara aklamasi kemudian pihak yang tidak puas membuat munas tandingan yang di nilai lebih demokratis”. Kata Firman.
Ketika aklamasi ini benar terjadi, kata Firman, tidak menutup kemungkinan Calon Ketua Umum yang lain berpotensi membuat Munas tandingan seperti pada tahun 2014.
“saya khawatir calon-calon lain seperti Pak Bamsoet, Ridwan Hisyam, Pak Indra Bambang Utoyo, Pak Ali Yahya, Ibu Linda dan Ibu Ulla yang sempat mendeklarasikan sebagai Caketum Golkar merasa tidak puas dan akan membuat Munas tandingan yang dinilai lebih demokratis layaknya Munas Ancol dulu di 2014,” Pungkasnya