BERITA PANGANDARAN, PASUNDANNEWS.COM – Pidato Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, dalam acara pengukuhan Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Pangandaran menuai pro dan kontra.
Salah satu bagian pidato yang menyebut legenda Nyi Roro Kidul memicu perdebatan di berbagai kalangan.
Sejumlah pihak menilai pernyataan tersebut membawa konotasi mistis yang dapat membingungkan masyarakat, terutama dalam konteks pengembangan budaya dan pariwisata.
Menanggapi hal ini, Ketua DKD Pangandaran, Anton Rahanto menegaskan bahwa Dedi Mulyadi tidak bermaksud menjadikan legenda Nyi Roro Kidul sebagai program atau kewajiban tertentu.
Anton menyebut bahwa kata Nyi Roro Kidul hanya sebagai ilustrasi dan tidak ada maksud untuk menjadikannya program atau pengharusan.
Baca Juga : Dewan Kebudayaan Pangandaran Dikukuhkan, Dedi Mulyadi Beri Pesan Ini
“Itu hanya untuk membuka pikiran kita bahwa kearifan lokal bisa diolah menjadi karya seni atau destinasi wisata,” jelas Anton.
Menurut Anton, legenda Nyi Roro Kidul sering kali dipahami secara keliru.
Ia menekankan, legenda ini bukan sekadar mitos yang identik dengan hal mistis, tetapi bisa dimaknai sebagai simbol kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai kehidupan.
“Dalam bahasa Sunda, ‘Ratu’ bisa berarti pemimpin bijaksana. Jadi, Nyi Roro Kidul dapat diartikan sebagai sosok yang memiliki kebijaksanaan dalam memimpin, bukan sekadar figur mistis,” tambahnya.
Anton mengimbau masyarakat agar tidak terburu-buru dalam menarik kesimpulan dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar.
“Mari bersama-sama membuka pikiran dan menyikapi perbedaan dengan bijaksana. Budaya dan agama dua hal yang saling melengkapi dalam membangun masyarakat yang lebih baik,” pungkasnya.
(Deni Rudini/PasundanNews.com)