Namun, tak semua jenis pohon bisa dipakai untuk pembuatan Noken. Hanya ada beberapa jenis pohon yang digunakan sebagai bahan baku tas tradisional masyarakat Papua tersebut, dua di antaranya ialah serat Pohon Yonggoli dan Pohon Huisa. Begitu diinformasikan dari laman resmi Kemendikbud.
Meski kegunaanya sama seperti tas pada umumnya. Namun yang berbeda adalah mereka tidak menempatkan Noken pada bahu seperti kebanyakan tas, tapi dibawa dengan kepala.
Tidak ada penjelasan khusus mengapa tas ini dilekatkan di kening, hanya saja Martha Ohee seorang pengrajin kayu asal Papua mengatakan, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan warga Papua.
Sementara dari segi filosofinya, tas Noken dibuat secara khusus oleh para wanita Papua. Biasanya, mama-mama mengajarkan anak-anak perempuannya membuat Noken sampai mereka mampu membuatnya sendiri.
Tidak hanya itu, perempuan Papua yang tidak bisa membuat Noken juga tidak boleh menikah, sampai ia benar-benar bisa membuat Noken dengan tangannya sendiri. Namun, seiring dengan perubahan jaman, adat istiadat seperti itu sudah mulai terkikis dan perlahan mulai hilang.
Dalam DoodleGoogle hari ini memuat bagaimana Noken digunakan dalam kehidupan sehari-hari, membawa tanaman dan kayu sampai untuk menggendong anak.
“Doodle hari ini, ilustrasi oleh seniman dari Depok, Danu Fitra, merayakan Noken, tas hasil kerajinan tangan tradisional, yang merupakan penanda penting budaya dan sosial-ekonomi di Papua dan Papua Barat, Indonesia,” tulis Google tentang Doodle ini, Jumat dikutip dari PRFMNews. (Red)
BERITA PANGANDARAN, PASUNDANNEWS.COM -Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Cigugur, Pangandaran turut memperingati HUT PGRI ke-79, Selasa (19/11/2024).
Berbagai kegiatan seperti jalan sehat, senam gebyar...