Akademi Universitas Galuh (Unigal) Ciamis, Hendra Sukarman, SE., SH. Foto/Hendri.PasundanNews.com

BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Polemik UKT (Uang Kuliah Tunggal) pada perguruan tinggi negeri (PTN) berbadan hukum menuai sejumlah kritik.

Meski wacana kenaikan UKT tersebut telah dibatalkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, namun masih menyisakan tanda tanya.

Bahkan, asumsi menguat kepada industrialisasi pendidikan di era digital saat ini.

Akademi Universitas Galuh (Unigal) Ciamis, Hendra Sukarman, SE., SH., turut menyoroti polemik tersebut.

Menurut Hendra, kebijakan Kemendikbud saat ini belum mampu mengakomodir segala persoalan dan harapan lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi.

Bahkan, kata Hendra, pemerintah lebih cenderung pada industrialisasi pendidikan dan menggeser tujuan utama pendidikan.

“Khawatirnya bila fokus industrialisasi pendidikan akan menggeser tujuan utama pendidikan,” ujarnya dalam keterangan yang diterima PasundanNews.com, Kamis (30/5/2024).

Menurutnya, pemerintah harus fokus kepada bagaimana menciptakan iklim Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi misi setiap kampus yang ada di Indonesia.

“Hal itu erat kaitannya bagaimana mewujudkan kampus yang menyenangkan dan kondusif bagi pembelajaran dan pengembangan diri mahasiswa,” jelasnya.

Mencengkram Kampus Jadi Arena Percobaan Berbagai Kebijakan 

Ia melanjutkan, industrialisasi pendidikan akan berisiko pada mencengkeram kampus menjadi arena percobaan berbagai kebijakan yang mengarah ke industri.

“Menurut saya ini malah berbanding terbalik dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang seharusnya bagaimana menciptakan kampus yang menyenangkan dan nyaman,” ungkapnya.

Hendra menilai bahwa kebijakan ini dapat menciptakan banyak kesetresan bagi mahasiswa karena target-target industri yang dipaksakan.

“Sehingga dampak hal ini dapat mematikan ruang kreativitas dan pemikiran kritis para mahasiswa,” terangnya.

Ia pun menekankan tentang pentingnya menciptakan kampus yang menyenangkan dengan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.

Selain itu juga didukung dengan fasilitas yang memadai, dan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam.

“Kampus yang menyenangkan bukan hanya tentang infrastruktur, tapi juga tentang atmosfer akademik yang suportif dan kurikulum yang holistik,” tuturnya.

Ia pun menyerukan perlunya dialog terbuka antara pemerintah, perguruan tinggi, dan mahasiswa untuk menakar segala persoalan yang ada tentang pendidikan.

Sehingga akan melahirkan gagasan komprehensif yang menjadi solusi terbaik dalam mencapai tujuan pendidikan yang seimbang.

“Penilaian mahasiswa tidak hanya didasarkan pada nilai akademis, tetapi juga keterampilan interpersonal, soft skills, dan kreativitas,” imbuhnya.

Hendra menambahkan, dengan keseimbangan antara kebutuhan industri dan pengembangan karakter mahasiswa akan melahirkan generasi yang mampu  menjawab segala tantangan dimasa depan.

“Pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan generasi yang berkualitas dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa ke depan” pungkasnya.

(Hebdri/PasundanNews.com)