BERITA CIAMIS, PASUNDANNEWS.COM – Msyarakat Kabupaten Ciamis melaksanakan tawasul dalam rangkaian kegiatan Mieling Ngadegna Galuh ke-1413.

Acara ini berlangsung pada Minggu (23/3/2025) di Keraton Selagangga, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Mieling Ngadegna Galuh tahun ini mengusung tema “Purnacandra Bimaraksa,” yang berarti, “Lir caang baranang beurang, ngempur hurung purnacandra ki bimaraksa perceka-jagat genjlong ku wanara, manuk ciung nyora anteng, ngadeg ka jati wisesa.” (Bahasa Sunda).

Tradisi Masyarakat Tatar Galuh Ciamis

Sejak tahun ke tahun, Mieling Ngadegna Galuh sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Ciamis, digelar untuk memaknai dan mengenang berdirinya Kerajaan Galuh.

Kerajaan Galuh merupakan salah satu kerajaan bersejarah di wilayah Jawa Barat yang eksis sejak abad ke-6 Masehi, dan pusat pemerintahannya terletak di daerah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Ciamis.

“Acara ini tentunya mengandung unsur spiritual dan budaya yang sakral, dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi,” tutur Ketua Panitia, Jang Harja.

Ia mengatakan bahwa Mieling Ngadegna Galuh diselenggarakan setiap tanggal 23 Maret, sesuai dengan tanggal berdirinya kerajaan ini, dan pada tahun 2025, acara ini menginjak usia yang ke-1413.

“Momen ini bukan hanya dirayakan sebagai ajang mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai upaya untuk mempertahankan warisan budaya serta kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Ciamis,” jelasnya.

Tawasul Simbol Kebersamaan

Dalam tradisi ini, para peserta memanjatkan doa-doa agar seluruh wilayah Tatar Galuh, tetap mendapat keberkahan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Tawasul ini bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga simbol dari kesatuan dan kebersamaan masyarakat Ciamis dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur,” terangnya.

Menurutnya, Galuh lebih dari sekadar identitas etnis atau budaya, tetapi merupakan sebuah ajaran hidup yang sangat mendalam.

Galuh mengajarkan tentang perilaku yang baik, jujur, rendah hati, dan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dan ciptaan lainnya.

“Ini menjadi pedoman dalam menjalin hubungan antar sesama dan menjaga martabat serta kehormatan keluarga,” katanya.

Salah satu nilai utama yaitu adab dan sopan santun, yang menjadi dasar utama dalam hubungan antar manusia.

Dalam Galuh, manusia diajarkan untuk berperilaku dengan penuh hormat, menjaga perilaku sopan, serta selalu mendahulukan kepentingan bersama daripada ego pribadi.

“Galuh mengingatkan bahwa hidup ini tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi dan menjaga hubungan dengan orang lain dalam masyarakat,” ucapnya.

Nilai Ajaran Galuh

Melalui pengamalan ajaran Galuh, individu diharapkan dapat menjadi pribadi yang mampu menjaga keharmonisan dalam hidup, baik hubungan sosial maupun hubungan dengan alam dan Tuhan.

“Galuh adalah filosofi yang mendorong individu untuk menjadi insan kamil mukamil manusia yang sempurna dalam menjalani hidup sesuai dengan jalan yang telah ditentukan oleh Tuhan,” sebut Jang Harja.

Peringatan ini mengajak mereka untuk merenung dan memahami bahwa hidup yang sejati adalah hidup yang seimbang baik dalam hubungan dengan sesama, alam, maupun Tuhan.

“Melalui penerapan ajaran-ajaran dari Galuh, individu akan mencapai Marca pada yaitu kesempurnaan hidup yang berada pada cahaya putih yang bersinar terang, simbol dari kebijaksanaan dan pencerahan batin yang membawa pada kehidupan yang lebih bermakna dan berkelanjutan,” tandasnya.

(Hendri/PasundanNews.com)