Kentrong Sahur di Parungsari Kota Banjar, Tradisi Menghidupkan Suasana Pagi Setiap Ramadhan. Foto/Hermanto.PasunfanNews.com

BERITA BANJAR, PASUNDANNEWS.COM – Di Lingkungan Parungsari, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat, memiliki tradisi unik di bulan Ramadhan.

Setiap pagi menjelang sahur, sekelompok anak-anak dan remaja di kampung ini secara bergantian memainkan kentongan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kentrong.

Tradisi ini menjadi sarana untuk membangunkan warga yang tertidur lelap agar tidak terlambat melaksanakan sahur.

Kegiatan Kentrong sahur ini sudah menjadi rutinitas yang sangat dinantikan setiap tahunnya oleh warga Parungsari.

Tidak hanya memberikan manfaat praktis, tetapi juga menciptakan suasana kebersamaan dan semangat menjelang waktu sahur.

“Kentrong ini sudah menjadi bagian dari tradisi kami. Setiap tahun, kami bangunkan warga agar tidak melewatkan waktu sahur,” ungkap Ade De’Onk, salah satu warga yang aktif dalam kegiatan ini, Minggu (2/5/2025).

Tradisi Menghidupkan Suasana Pagi Setiap Ramadhan

Para remaja yang terlibat dalam kegiatan Kentrong ini biasanya mulai berkeliling kampung sejak sekitar pukul 02.00 WIB.

Dengan penuh semangat, mereka memukul kentongan bambu, ember bekas, atau alat bunyi-bunyian lainnya yang menghasilkan suara khas.

Melalui Kentrong ini, warga menjadi tahu bahwa tanda waktu sahur semakin dekat.

“Kami melakukannya dengan hati gembira. Ini bagian dari cara kami menjaga tradisi dan membantu warga agar tidak terlambat sahur,” ujar Ceceng remaja lainnya yang ikut dalam kegiatan tersebut.

Selain memberi manfaat praktis, kegiatan Kentrong juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar warga.

Sebagai bagian dari tradisi, warga yang mendengar suara Kentrong akan segera bangun dan mempersiapkan makan sahur.

Bahkan, beberapa warga yang sudah terbiasa dengan kebiasaan ini akan siap dengan makanan mereka sebelum Kentrong dimainkan.

Para remaja yang menjadi penggerak Kentrong di lingkung Parungsari merasa bangga bisa melestarikan budaya ini.

Melestarikan Tradisi bangunkan Warga untuk Sahur di Bukan Ramadhan

Mereka menyadari bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar bangun sahur, tetapi juga menjadi bagian dari pelestarian tradisi yang telah ada sejak lama.

“Kami merasa senang bisa berpartisipasi dalam tradisi ini, apalagi jika itu membuat warga kampung kami terjaga dan tidak melewatkan waktu sahur,” kata Ceceng.

Keunikan Kentrong sahur di Parungsari juga menarik perhatian warga dari luar kampung yang kebetulan lewat.

Mereka sering terkesan dengan semangat anak-anak remaja yang melestarikan kebiasaan ini dengan penuh rasa tanggung jawab.

Kegiatan ini juga menjadi contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman.

Dengan semakin berkembangnya dunia digital, tidak menutup kemungkinan bahwa Kentrong sahur bisa semakin dikenal luas.

Namun, yang pasti, bagi warga Parungsari, Kentrong tetap menjadi simbol kebersamaan dan kekuatan tradisi yang mempererat tali persaudaraan.

“Semoga tradisi ini terus berlangsung dan tidak hilang begitu saja,” pungkas Ceceng.

(Hermanto/PasundanNews.com)