Guru Besar Ilmu Intelijen Negara Jenderal (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono (Poto: Mudanews)
JAKARTA, PASUNDANNEWS.COM – 2021 merupakan tahun tantangan dengan akan makin merebaknya anarkisme dan kriminalitas terorganisir. Selain itu ancaman separatisme Irian (Papua dan Papua Barat) akan menguat, dan dimanfaatkan oleh kekuatan asing yang tak senang Indonesia bersikap independen.
Guru Besar Ilmu Intelijen Negara Jenderal (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono mengungkapkan hal itu seperti dilansir dari detik.com, Senin (4/1/2021).
Aksi-aksi anarkis, menurut Hendropriyono, akan disponsori oleh pihak-pihak yang kecewa terhadap pemerintahan Presiden Jokowi. Salah satu isu yang akan mereka suarakan adalah oligarki.
“Kita sudah punya bara sejak 1970 yang nyala pada 1993, yaitu Anarko Punk dengan melakukan kenakalan yang melampaui batas. Tahun ini akan kumat, dikipasi barisan sakit hati. Isu yang diusung adalah oligarki,” papar Hendropriyono yang pernah memimpin Badan Intelijen Negara, 2001-2004.
Untuk kriminalitas terorganisir, dia menyebut Front Pembela Islam yang sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang sebagai contohnya. Sementara separatisme di Irian, Hendropriyono memperkirakan kelompok yang bergerak lewat jalur politik seperti di Papua Barat dan Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua akan bersinergi agar berpisah dari NKRI.
“Kalau kekuatan operasional dan politik ini bergabung, tentu akan makin berat menanganinya,” kata Hendropriyono.
Di tengah itu semua, dia melanjutkan, kekuatan asing khususnya Amerika lewat CIA ikut memanfaatkan situasi lewat perang proxy. Salah satu indikasi yang kasat mata adalah kehadiran diplomat Jerman ke markas FPI di Petamburan. Negara-negara sekutu lainnya diperkirakan secara bergilir juga akan turut serta.
“Amerika kan marah karena gak kebagian investasi di sini. Tujuan dia kan maunya RI ikut musuhi China yang jadi musuhnya,” kata penulis buku Filsafat Intelijen dan Operasi Sandi Yudha itu.
Di bawah Presiden Jokowi, Indonesia bukannya menjauhi China malah makin mesra. Nilai investasi riilnya juga terus meningkat si sejumlah proyek infrastruktur. Selain itu, Amerika semakin tidak suka karena Indonesia tak kunjung mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
“Hampir semua negara Arab kan sudah (berdamai dengan Israel), kecuali Arab Saudi yang masih nunggu Indonesia,” kata mantan Dan Kodiklat itu.