Tatangan Dan Solusi Hmi Di Era Disrupsi
Seiring perkembangan zaman dan diusianya yang tidak muda lagi, HMI semakin memperlhatkan kerentanannya sebagai organisasi yang sudah tua, baik secara eksistensi pemikiran ataupun gerakan mungkin bisa dikategorikan sama, kehilangan ruh perjuangan yang dulu di agungkan oleh HMI itu sendiri, saat ini hampir tidak lagi ada pembeda dan ciri khas HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dengan organisasi lain.
Sudah bukan menjadi rahasia umum, kalau beberapa permasalahan dan konflik di tubuh himpunan, lebih banyak didasari permasalahan politik atau perebutan kekuasaan, sehingga mungkin dinamika dualisme bukan menjadi barang baru di himpunan, luputnya kita dalam permasalahan internal ini mengakibatkan lemahnya upaya kita dalam peningkatan kualitas kader, karena terlalu banyak pihak yang berjudi nasib dan berkepentingan dihimpunan ini sehingga tak jarang kualitas kader himpunan sudah lagi tidak menjadi penting dan bukan barang mahal dalam organisasi ini.
Kita sadari bahwa kejayaan HMI yang kita lewati jangan sampai menjadi sebuah keistimewaan yang membuat kita lalai dalam menyiapkan Sumber daya manusia /kader terbaikhimpunan untuk menjadi aktor di masa yang akan datang, maka pemetaan kaderisas idan peradaban harus sedini mungkin dilakukan, sehingga sebesar apapun tantangan yang akan dihadapi, kita sudah siap menghadapi itu semua. Kini kita sedang dihadapkan dengan fenomena yang harus dengan cepat kitajawab. Era Disrupsi, sebuah fenomena dimana sedang terjadinya perubahan secara fundamental. Yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Digitalisasi merupakan akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan. Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat mulai merubah aktivitas-aktivitas yang pada awalnya dilakukan di dunia nyata, kini bergerak ke dunia maya. Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia ekonomi bisnis. Kemunculan transportasi daring adalah salah satu dampaknya yang paling populer di Indonesia.
Istilah Disrupsi (disruption) mulai dipopulerkan oleh Clayton Christensen sebagai kelanjutan dari tradisi berpikir “keharusan berkompetisi, untuk bisa menang (for you to win, you’ve got to make somebody lose)”, ala Michael Porter. Kedua profesor selebritis Harvard Business School ini telah mendominasi dunai bisnis dalam 22-37 tahun terakhir. Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi milenial. Disrupsi ini menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif kreatif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transoprtasi, sosial masyarakat hingga pendidikan. Disrupsi juga tidak hanya terjadi di dunia digital. Era ini mengenai banyak pihak mulai dari anak-anak, mahasiswa, buruh, pemerintah, dan jajaran kelas atas. Dunia bisnis hingga hukum juga harus beradaptasi agar tidak ditinggal penggunanya. Dari penjelasan singkat tersebut babak baru akan kita hadapi sebagai kader himpunan, inovatif dan kreatif menjadi modal utamakita bisa bersaing di pasar bebas ini, dan kualitas individu yang memmang harus dimiliki dan ditingkatkan sehingga tidak sulit menyesuaikan dengan perubahan perubahan cepat yang bisa terjadi kapan saja.