POLITIK adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita negara sesunguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk negara sesuai rulrs agar kebahagiaan bersama didalam masyarakat disebuah negara tersebut lebih mudah tercapai.
Situasi sosial politik yang terjadi akhir-akhir ini berupa berbagai bentuk kekerasan politik, kerusuhan sosial, ketidak pastian ekonomi menunjukan bahwa bangsa ini tengah berada dalam sebuah situasi chaos. Bahkan beberapa prediksi, baik dari dalam maupun luar negri menyatakan bahwa situasi chaos ini akan terus berlanjut berupa permusuhan dan bentrokan masal akibat semakin tidak terkendalinya primordialisme antar golongan, terpecah belahnya komponen-komponen bangsa dalam sebuah ajang demokrasi sehingga mengakibatkan terjadinya kekerasan dan eksodus manusia secara besar-besaran ditanah air.
Tumpang tindih dan silang menyilang diantara berbagai entitas, seperti politik, hukum, budaya, dan agama serta berbagai kepentingan dibaliknya telah mengkondisikan semacam perkawinan silang diantara entitas-entitas ini sehingga menciptakan berbagai bentuk hibrid, bahkan muatan didalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bentuknya yang lain ketika sebuah entitas bersentuhan dengan entitas-entitas lainnya ia menciptakan semacam perubahan dan evolusi genus pada entitas itu sendiri yang telah berubah prinsip dasar, kondisi umum, dan paradigmanya.
Para politisi asyik menggugat, mengumpat, mencari menuntut, dan memprotes, tetapi tidak pernah mau mendengarkan, tidak pernah mau diajak bicara, tidak pernah mau dikritik. Meraka hanyut didalam dunia perbincangan yang sepihak perbincangan monologis. mereka pandai berkata-kata, tetapi tidak pandai mendengarkan. Mereka hanya pandai berbicara untuk dirinya sendiri. Ketika poltik mengintervensi hukum, prinsip-prinsip keadilan, kejujuran dan kebersihan hukum diambil alih oleh prinsip-prinsip kelicikan, dan kekotoran politik. Ketika paradigma citra (imagology) menguasai hukum, prinsip-prinsip kesemuan, kepalsuan dan kedustaan citra mengantikan prinsip-prinsip kesemuan, kepalsuan dan kedustaan citra menggantikan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan hukum. Ketika politik menjajah ekonomi, prinsip persaingan bebas, sportivitas dan legalitas ekonomi digantikan oleh prinsip-prinsip intrik, teror, dan mafia-mafia politik. Ketika ekonomi mengendalikan agama diambil alih oleh prinsip-prinsip ilusi, gemerlap, dan profan komoditi.
Apa yang sesunguhnya hilang didalam wacana politik dewasa ini adalah sikap dialogis. Sikap dialogis sebagaimana yang dikatakan oleh Anhar Gonggong diharian kompas yang harus dimiliki oleh bangsa kita yakni orang yang tidak hanya pandai berdebat dalam ajang dialog yang panas tetapi juga pandai untuk saling menghargai the dialogic democracy.
Dialogis adalah sikap agar setiap orang memahami perasaan satu sama lain. oranglain lain harus dianggap sebagai manusia yang harus dihargai dan dirasakan perasaanya, bukan sebagai angka-angka statistik yang tidak berjiwa. Dialog menuntut adanya kebebasan berekspresi, sedangkan dalam demokrasi hari ini kebebasan ekspresi ditunjang oleh media. Menurut Taufik Ismail, Kebebasan Ekspresi media didalam negeri demokratis haruslah dijamin, baik kebebasan di media pers, radio, televisi, dan lainnya.
Pendekatan dialogis merupakan sebuah tawaran alternatif didalam membangun masa depan politik dan bangsa yang akhir-akhir ini diwarnai oleh berbagai kegalauan, ketidakpastian, dan ketidakjelasan arah. Sebuah bangsa yang telah tercabik-cabik oleh berbagai konflik, permusuhan, kerusuhan, dan kekerasan. Berbagai bentuk kekerasan berkembang dan tak terkendali karena yang hidup diatas tubuh bangsa ini bukanlah mutual understanding, tetapi mutual misunderstanding.
Kesalahpahaman mutual dan permusuhan ini diperburuk oleh aktor intelektual beserta mesin-mesin provokatornya, yang tidak henti-hentinya menanamkan kesalahpahaman dimasyarakat sehingga kelompok lain dianggap sebagai ancaman, musuh, atau orang yang harus dihabisi yang sehingga membuat masyarakat menjadi ketakutan dan memandang politik sebagai sesuatu yang menakutkan. Tubuh bangsa yang telah tercabik-cabik akibat berbagai konflik sosial ini hendaknya tidak dicabik-cabik lagi dengan konflik-konflik pada tingkat politik. Upaya menghidupkan dialogis didalam politik haruslah dimulai dari sebuah pandangan bersama bahwa demokrasi memberikan manusia berbagai frame politik yang plural tempat mereka membingkai pengalaman dan pemahaman meraka terhadap orang lain.
Sikap dialogis adalah sesungguhnya fondasi dari sistem demokrasi. Demokrasi adalah sebuah sistem yang didalamnya terdapat ruang publik, tempat setiap orang bebas menyampaikan pendapatnya; tempat setiap orang saling berdebat dan saling adu argumen,tempat setiap orang aktif dalam mencari strategi baru, image baru, dan bahasa politik baru yang kreatif agar dapat ditawarkan didalam pasar politik yang fair. Demokrasi adalah sistem yang didalamnya setiap orang saling menghargai, merasakan persaan satu sama lainnya, dan menganggap satu sama lain sebagai sahabat didalam sebuah ajang dialogis.

Oleh : Abnu Malik(Ketua Umum BPL HMI Cabang Kabupaten bandung 2018-2019)

Artikulli paraprakMoluska Buka Lagi, Seminggu Renang Gratis
Artikulli tjetërFIDKOM Fest 3.0, Ketua DEMA-F Gandeng Mahasiswa dan Dosen Silaturahmi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini