foto: Istimewa

PASUNDANNEWS, BANDUNG – Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia, dari berbagai aspek kehidupan seperti seni, keyakinan, hukum (aturan), adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadiran kebudayaan mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya berwujud abstrak, namun sejatinya kebudayaan dihasilkan dari pengaruh yang cukup besar yakni perpaduan alam dan sistem naluriah manusia dalam mengolah alam itu sendiri sehingga menjadi suatu kebiasaan yang di wariskan turun temurun ke generasi berikutnya.

Bencana terbesar bukanlah runtuhnya gedung-gedung, bukan banjir, longsor atau gunung meletus, namun bencana terbesar ialah hancurnya infrastruktur kejiwaan, runtuhnya kontruksi batin sehingga mengakibatkan terganggunya sistem kontrol dalam diri sehingga mengakibatkan bencana budaya.

Alam telah ter set-up untuk berevolusi dalam arti lain meningkat kedewasaannya dalam wilayah Sunatullah, namun manusia keliru mengartikan sehingga disebutlah bencana alam.

Satria Sunda Sakti sebagai paguyuban yang menjaga dan melestarikan kebudayaan sunda pada khsusnya mencoba mengaplikasikan nilai luhur yang sudah menjadi kebudayaan para sesepuh dahulu dan mengembalikan kembali atau membiasakan kembali prilaku berkehidupan dengan pola dan sistem yang sudah tertata sejak dulu, serta mengajak element-element masyarakat untuk bersama-sama mengenal serta memahami jatidiri atau karakteristik kebudayaan di lingkungan sekitarnya.

Kegiatan yang di lakukan oleh Satria Sunda Sakti Ranting Cigarukgak Desa Girimekar Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung yang diketuai oleh Deden Suryana, ingin menghidupkan kembali Kampung Budaya di Desa Girimekar sehingga potensi-potensi daerah yang sudah lama tertimbun bisa kembali muncul kepermukaan.

Tidak hanya itu acara yang di hadiri hampir seluruh jajaran kepengurusan Satria Sunda Sakti diantaranya para pembina Paguyuban Satria Sunda Sakti yakni Bapak Iwan Sejati dan Bapak Dani Hilman Hamdani mengajak seluruh lapisan masyarakat agar tetap konsisten melestarikan kebudayaan yang ada di tatar pasundan ini.

Pageleran Kampung Budaya tersebut (23/2) membawa pesan bagi pemerintah terkait untuk kembali menggali potensi potensi diwilayahnya tidak hanya mengarah kepada satu titik wilayah tapi agar lebih merata.

Acara pagelaran kampung budaya yang di meriahkan oleh Kang Komar (Preman Pensiun) dan Group Band Marking memberi suasana yang hangat dan akrab, group yang sering menyuarakan lagu lagu tentang lingkungan hidup menjadi warna tersendiri di acara pagelaran kampung budaya tersebut.

Acara juga di hadiri beberapa paguyuban diantaranya, Persatuan Pencak Silat Mekar Asih, Paguron Pencak Silat Gilang Kencana, Paguron Seni Dangiang Putra Mekar, Paguron Gagak Luisymayung, Paguron Pencak Silat Tunas Angkasa dan di apresiasi oleh Kang Indri Berlin selaku Ketua Kampung Budaya Legok Hayam.

Tidak hanya pentas pencak silat, Pagelaran Kampung Budaya yang membawa narasi “Hayu Urang Guyub Ngajaga Lembur Sorangan Ngamumule Seni Budaya Keur Anak Incu” sangat memberikan semangat kebersamaan dan membangun kembali kreativitas masyarakat di Desa Girimekar Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

Pagelaran yang di selengarakan mendapatkan apresiasi dari Kepala Desa Girimekar Bapak Wahyudi, beliau menyepakati bahwa acara Pagelaran Kampung Budaya ini menjadi agenda rutinanan yang akan di gelar di Desa Girimekar. Acara tidak hanya menyajikan tontonan tetapi memberikan tuntunan dalam upaya mengembalikan kembali permainan-permainan anak anak diantaranya egrang dan bakiak sehingga anak anak milenial tidak kehilangan jati dirinya. (Pasundannews / admin)

Artikulli paraprak247 Desa di Cianjur Gelar Pilkades, 1 Pasutri Bersaing di Desa Cibadak
Artikulli tjetërKPU Kota Banjar Komitmen Bangun Zona Integritas